Suara.com - Nama Sastra Silalahi menjadi sorotan publik, khususnya di kalangan pencinta sepak bola Indonesia.
Sosok yang dikenal sebagai komika dan pundit sepak bola ini terseret dalam kontroversi setelah melontarkan pernyataan yang memicu amarah netizen.
Ucapan Sastra yang menyinggung soal taruhan di tengah kekalahan Timnas dari Australia dengan skor telak 5-1 membuatnya dihujani kritik.
Namun, di balik itu semua, Sastra Silalahi memiliki perjalanan hidup yang penuh warna, dari kerasnya jalanan Medan hingga lika-liku kehidupan di ibu kota.
Perjalanan Hidup dari Medan ke Jakarta

Di balik sosoknya yang dikenal sebagai komika dan pundit sepak bola, Sastra Silalahi memiliki latar belakang hidup yang penuh warna.
Komika kelahiran 1997 tersebut tumbuh besar di Medan, kota yang dikenal dengan kerasnya kehidupan jalanan dan persaingan bisnis.
Dalam sebuah wawancara bersama Iyas Lawrence di Makna Coffee Headquarter, Sastra membagikan kenangan masa kecilnya yang lekat dengan kehidupan di lingkungan yang menantang.
"Gue sempat ngekos di Kemang sini. Ibarat kata, barista cakep-cakep suasana pas masih kecil itu gue kenal," kenang Sastra tentang masa-masa awalnya merantau ke Jakarta.
Kalau tahu ada Ducati, gue di belakang sana. Sudah AC, cuma minusnya di dalam gang," ujarnya lebih lanjut.
Baca Juga: Lupakan Australia, Fokus Bahrain! Jay Idzes: Ini Kesempatan Emas Tunjukkan Jati Diri
Sebagai komika, Sastra Silalahi diketahui bernaung di bawah manajemen talent Majelis Lucu Indonesia.
Kenangan Tentang Medan yang Keras

Tak hanya Jakarta, Medan pun menyimpan cerita-cerita keras yang dialami Sastra.
Dia bercerita tentang bagaimana keluarganya menjalankan bisnis fermentasi tuak dari kedondong berusia 14 hari, yang menjadi andalan mereka.
Sayangnya, bisnis tersebut tak luput dari gangguan oknum-oknum preman yang sering memaksa supir angkutan umum membeli bendera jelang peringatan 17 Agustus.
Pernah pula, keluarganya harus merasakan pahitnya tindakan kriminal saat warung kopi milik mereka dibakar hanya karena menolak membayar uang keamanan kepada preman setempat.
"Jam tiga pagi warkopnya dibakar, Pak," ucap pemilik akun Instagram @sastra.silalahii tersebut.