Suara.com - Atalarik Syach memang sudah bisa bernapas lega karena lahan tempat rumahnya berdiri sudah lolos dari eksekusi.
Namun, Atalarik belum terima dengan proses eksekusi lahan dari pihak Dede Tasno, yang diyakini tidak sesuai prosedur hukum.
"Gimana ya, saya tinggal di sana dari 2003, kepemilikan tanah dari 2000. Terus ada gugatan tahun 2015, dan itu sampai sekarang belum selesai," ujar Atalarik Syach di Pengadilan Negeri Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Senin, 2 Juni 2025.
Sebelumnya diberitakan, proses eksekusi lahan di kediaman Atalarik berlangsung pada 15 Mei 2025.

Kala itu, Atalarik bercerita bagaimana pihaknya sama sekali tidak menerima pemberitahuan atas eksekusi lahan tersebut.
"Tidak ada pemberitaan ke saya. Dianggap kami ini binatang. Tidak ada surat untuk kami dan sekarang sudah dieksekusi," keluh Atalarik Syach pada saat itu.
Bahkan, para petugas yang datang melakukan eksekusi lahan tidak ada satu pun yang bersedia memberikan informasi saat dimintai keterangan oleh Atalarik.
"Saya lagi dizalimi. Petugas namanya ditanyain satu-satu aja, nggak ada yang mau ngasih. Bingung saya," kisah Atalarik Syach.
Atalarik pun baru menerima berkas-berkas yang mestinya sudah ia dapat, sejak sebelum proses eksekusi lahan dari hasil kunjungan ke pengadilan hari ini.
Baca Juga: Atalarik Syach Datangi Pengadilan Usai Rumah Dieksekusi: Mau Ambil Hak Saya
Di antaranya seperti peringatan untuk mematuhi proses eksekusi tanpa paksaan atau Aanmaning, berkas pencocokan objek untuk memastikan kesesuaian dengan lahan sengketa atau Konstatering, serta berkas penetapan eksekusi.
![Suasana di rumah Atalarik Syach yang hendak dieksekusi akibat masalah sengketa tanah di kawasan Cibinong, Bogor jelang eksekusi pada Jumat, 16 Mei 2025. [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/16/10103-suasana-di-rumah-atalarik-syach.jpg)
"Hak saya itu, karena selama ini saya tidak merasa menerima," kata Atalarik Syach.
Ditambah lagi, sudah ada keluarga Atalarik yang terdampak langsung dari proses eksekusi lahan.
"Satu rumah sudah hancur. Keluarga abang saya yang kebetulan bertempat di situ, harus pindah dengan ketujuh anaknya," jelas Atalarik Syach.
Dengan kini sudah mengantongi berkas-berkas yang mestinya didapat dari sebelum proses eksekusi, Atalarik berharap bisa mencari jalan keluar terbaik dari permasalahan dengan Dede Tasno.
"Yang penting, saya nggak akan menyerah. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak saya dari awal," tegas Atalarik Syach.