Suara.com - Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu sudah mulai tayang di bioskop sejak 12 Juni 2025 kemarin.
Lewat akun media sosial masing-masing, trio GJLS yakni Rigen Rakelna, Hifdzi Khoir dan Ananta Rispo membagikan berbagai momen tentang bagaimana karya mereka mendapat respons yang sangat baik dari penonton.
Bahkan, seorang warganet dari platform X yang sudah menyaksikan GJLS: Ibuku Ibu-Ibu menilai film arahan Monty Tiwa itu tidak sekedar menyajikan komedi absurd seperti klaim awalnya.
"Di balik kelucuan yang membuat ledakan tawa, film GJLS ini banyak banget mengangkat fenomena sosial secara tersurat, sekaligus kritiknya secara tersirat," ujar pemilik akun M. Ridha Intifadha.
Dijabarkan satu per satu oleh sang pemilik akun, poin kritik sosial apa saja yang coba disampaikan trio GJLS lewat film mereka.
![Para pemain film GJLS: Ibuku Ibu-ibu yang terdiri dari Ananta Rispo, Hifdzi Khoir, Rigen Rakelna, Bucek Depp, Luna Maya hingga Nadya Arina saat konferensi pers di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan pada Jumat, 24 Mei 2025. [Suara.com Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/23/40117-para-pemain-film-gjls-ibuku-ibu-ibu.jpg)
"Dangdut untuk kampanye politik, kepercayaan atas dukun/takhayul, pelecehan seksual, ketagihan judi online, resiko pinjaman online, bahaya hipnosis, penggunaan AI untuk kejahatan, komunikasi antar orang tua dan anak, mafia tanah dan bangunan," kata si pengelola akun.
"Stereotipe perempuan bekerja di malam hari, paparan screen time pada anak, sulitnya berkarier di sektor formal (rela bekerja apa saja), penerimaan duka dan kehilangan, perjuangan menuju jenjang pernikahan, handling komplain pelanggan atau klien, pornografi online dan sebagainya," sambungnya lagi.
Ucapan terima kasih pun turut disampaikan kepada trio GJLS, atas ide penggarapan karya yang bukan hanya menghibur, tapi punya nilai-nilai moral juga di dalamnya.
"Terima kasih sudah menghadirkan karya ini. Ditunggu film berikutnya," tutur si pengelola akun.
Baca Juga: Tak Ingin Usai di Sini Mungkin Jadi Film Terakhir Rossa
Penjelasan panjang lebar oleh salah satu penonton GJLS: Ibuku Ibu-Ibu tentang kualitas muatan filmnya pun sampai ke Rigen Rakelna.
Namun di luar dugaan, Rigen Rakelna justru merespons penjelasan itu lewat pengakuan bahwa ide penggarapan GJLS: Ibuku Ibu-Ibu tidak sampai sedetail itu.
"Baru sadar pas abang jelasin," kata Rigen dalam tulisannya, Kamis, 12 Juni 2025.
Ya, Monty Tiwa pun sudah sempat menjelaskan bahwa dirinya cuma fokus menjadikan komedi absurd trio GJLS sebagai nilai jual film tersebut.
"Kalau dibilang ini menabrak aturan sinema mana pun, saya setuju. Tapi ya gitu, emang nggak ada aturan yang bisa mengikat GJLS ini. Tugas saya di sini, memang hanya menyediakan panggung untuk GJLS," jelas Monty usai penayangan perdana GJLS: Ibuku Ibu-Ibu pada 3 Juni 2025 lalu.
Bahkan, Monty Tiwa sampai menabrak aturan dalam penggarapan sebuah film yang ia pelajari dari 25 tahun perjalanan kariernya sebagai sutradara.
"25 tahun syuting loh, itu berantakan semua ilmunya. Nggak ada yang kepakai, beneran. Mereka ini kan emang random banget, acak aja gitu, nggak ketebak," kata Monty saat itu seraya tertawa.
Kekagetan Rigen Rakelna melihat sudut pandang penonton tentang muatan film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu pun dimaklumi oleh warganet lain, yang memang mengikuti perjalanan karier trio GJLS.
"Awalnya memang mau kosong aja kayaknya ini film," celetuk pemilik akun Sweet Potato.
GJLS: Ibuku Ibu-Ibu secara garis besar berkisah tentang upaya Rigen, Hifdzi dan Rispo menggagalkan rencana sang ayah, Tyo (Bucek Depp) untuk menikah lagi setelah istrinya tiada.
Mereka khawatir, pernikahan kedua Tyo bakal mempengaruhi jatah warisan yang kelak didapat anak-anaknya.
Alur cerita itu juga yang kemudian turut menyajikan konflik keluarga hingga beberapa momen haru yang membuat GJLS: Ibuku Ibu-Ibu jadi lebih berwarna.
Selain Trio GJLS dan Bucek Depp, GJLS: Ibuku Ibu-Ibu turut dibintangi Nadya Arina hingga Luna Maya.