"Jangan dikira korupsi itu hanya dosa pribadi. Satu perbuatan korupsi pejabat akan merusak sendi-sendi negara. Jalanan jadi rusak, sekolah tidak terbangun, orang miskin makin sengsara. Dosanya menjadi dosa jariyah yang terus mengalir."
Pandangan ini membuka mata bahwa tindakan koruptif seorang individu memiliki efek domino yang merugikan hajat hidup orang banyak, membuat pelakunya menanggung dosa dari setiap penderitaan yang diakibatkannya.
3. Harta Haram Menghanguskan Amal Ibadah
Salah satu peringatan paling keras dari Ustaz Khalid Basalamah adalah tentang bagaimana harta hasil korupsi dapat membuat ibadah seseorang menjadi sia-sia.
"Bagaimana mungkin sholat, puasa, dan haji kita diterima jika tubuh kita tumbuh dari daging yang diberi makan dari sumber yang haram? Harta korupsi itu seperti api yang membakar amal-amal saleh. Bersihkan hartamu, maka bersih pula ibadahmu."
Ini adalah tamparan spiritual yang keras, mengingatkan bahwa kesalehan ritual harus diiringi dengan kesalehan sosial dan finansial. Ibadah yang khusyuk menjadi tidak bernilai jika pelakunya masih menikmati hasil dari kezaliman.
4. Peringatan Keras untuk Para Pemangku Jabatan
Secara spesifik, beliau sering memberikan nasihat sekaligus ancaman kepada para pejabat agar tidak terlena dengan kekuasaan yang bersifat sementara.
"Untuk para pemangku jabatan, ingatlah bahwa kekuasaan itu titipan, bukan warisan. Setiap kebijakan yang Anda putuskan, setiap rupiah yang Anda kelola, akan disaksikan oleh Allah. Jabatan itu bisa menjadi ladang pahala atau jurang neraka, pilihannya ada di tangan Anda."
Baca Juga: Jadi Saksi Kunci Kasus Kuota Haji Era Gus Yaqut? KPK: Keterangan Khalid Basalamah Sangat Dibutuhkan
Pesan ini menempatkan tanggung jawab besar di pundak para pemimpin. Jabatan dilihat sebagai persimpangan antara jalan menuju surga melalui pelayanan yang jujur, atau jalan menuju neraka melalui penyalahgunaan wewenang.
5. Ilusi Kekayaan dan Hilangnya Keberkahan
Terakhir, Ustaz Khalid Basalamah kerap membahas tentang 'berkah' yang hilang dari harta yang diperoleh secara tidak benar. Baginya, kekayaan dari korupsi adalah semu.
"Harta hasil korupsi itu tidak akan pernah membawa berkah. Kelihatannya banyak, tapi habis untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, untuk penyakit, untuk masalah. Rumahnya mewah tapi terasa sempit. Itulah cara Allah mencabut keberkahan dari harta yang haram."
Kutipan ini menekankan bahwa ketenangan hidup tidak bisa dibeli dengan uang haram. Meskipun tampak bergelimang harta, seorang koruptor sejatinya hidup dalam kesempitan batin dan jauh dari rahmat Allah.