Fadli Zon Bantah Pemerkosaan Massal 1998, Baskara Putra: Semoga yang Menyangkal Dibakar Api Neraka

Kamis, 03 Juli 2025 | 12:02 WIB
Fadli Zon Bantah Pemerkosaan Massal 1998, Baskara Putra: Semoga yang Menyangkal Dibakar Api Neraka
Fadli Zon dan Baskara Putra.

Suara.com - Musisi Baskara Putra, yang juga dikenal dengan nama panggung Hindia, mengguncang media sosial dengan sebuah pernyataan keras yang ditujukan kepada pihak-pihak yang menyangkal terjadinya pemerkosaan massal dalam Kerusuhan Mei 1998.

Pernyataan menohok ini diunggah melalui akun X pribadinya, @wordfangs, pada Kamis, 3 Juli 2025.

Melalui cuitannya, pentolan grup .Feast itu meluapkan amarahnya dengan kalimat yang lugas dan tanpa basa-basi.

"Semoga mereka semua yang menyangkal cerita pemerkosaan massal di Kerusuhan 98 kelak terbakar di api neraka paling dalam," tulis Baskara, yang versi aslinya memakai Bahasa Inggris.

Cuitan yang diunggah pada pukul 1:50 dini hari tersebut langsung viral, menyedot perhatian publik dengan cepat.

Baskara Putra atau Hindia di Joyland Festival Bali 2024 (joyfest/plainsong_)
Baskara Putra atau Hindia di Joyland Festival Bali 2024 (joyfest/plainsong_)

Hingga berita ini diturunkan, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 320 ribu kali, mendapatkan 10.8 ribu reposts, dan 23.7 ribu likes, menunjukkan betapa resonansinya kuat di kalangan warganet.

Pernyataan keras Baskara ini diduga kuat merupakan respons terhadap polemik belakangan ini, terutama setelah Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon bersuara.

Beberapa waktu lalu, Fadli Zon secara terbuka mempertanyakan bukti autentik dari para korban pemerkosaan dalam Kerusuhan 98, yang memicu kemarahan dan kekecewaan dari berbagai kalangan, termasuk para aktivis HAM dan pegiat sejarah.

Meski di sisi lain, isu pemerkosaan massal tersebut memang menghadapi tantangan pembuktian yang kompleks hingga hari ini.

Baca Juga: Tak Kuat dengan Fadli Zon, Anggota DPR Menangis saat Bahas Pemerkosaan Massal 98

Komika dan kreator konten Pandji Pragiwaksono pernah mengulas bagaimana Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk oleh Presiden B.J. Habibie pasca-kerusuhan mengalami kesulitan.

Menurut ceritanya, dari 54 aduan yang masuk, tidak ada satupun yang bisa dibuktikan secara hukum.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon saat diwawancarai.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon saat diwawancarai.

Seluruh laporan tersebut akhirnya mandek di Kejaksaan Agung RI dengan alasan data yang disertakan dalam setiap laporan tidak cukup lengkap untuk ditindaklanjuti ke proses hukum.

Namun, kendala pembuktian ini tidak serta-merta membenarkan cara para pejabat merespons isu tersebut.

Banyak pihak, termasuk Pandji, menyoroti minimnya empati dari para pemangku kebijakan.

Sikap yang mempertanyakan validitas penderitaan korban dianggap melukai kembali trauma kolektif, terlepas dari apakah kasusnya bisa naik ke pengadilan atau tidak.

Kegeraman Baskara Putra pun disambut dengan beragam reaksi oleh warganet.

Banyak yang menyuarakan dukungan dan sentimen serupa, merasa terwakili oleh amarah sang musisi.

"Nggak habis pikir dah," tulis akun terverifikasi @kntung_ yang menunjukkan rasa tidak percayanya terhadap para penyangkal.

Dukungan lain datang dari akun @aisyahqi yang singkat namun padat, "Amin," mengaminkan doa Baskara.

Bahkan, ada yang menginginkan keadilan yang lebih cepat. Akun @txtdrmskl5 menulis, "Biar nggak kelamaan nunggu neraka, gue penginnya lihat mereka terbakar sekarang secepatnya."

Akun @Anarchy_136 juga turut berkomentar, "Prosesnya harus dimulai dari sekarang," menyiratkan bahwa pertanggungjawaban harus segera ditegakkan.

Kisruh soal cerita pemerkosaan massal terhadap perempuan keturunan Tionghoa dalam Kerusuhan Mei 1998 sendiri kembali ramai dibahas buntut rencana pemerintah menulis ulang sejarah Republik Indonesia.

Lewat Fadli Zon selaku Menteri Kebudayaan RI, pemerintah menerangkan bahwa banyak hal yang harus ditambahkan dalam rangkuman sejarah negara.

Namun, masyarakat lebih khawatir menghadapi kemungkinan bakal dihilangkannya beberapa cerita kelam dari sejarah Indonesia yang sebelumnya pernah ada.

Termasuk, kemungkinan adanya perubahan cerita dari tragedi kelam Kerusuhan Mei 1998, yang diyakini beberapa pihak erat kaitannya dengan isu kejahatan kemanusiaan Presiden Prabowo Subianto di masa itu.

"Memang kan sejarah ditulis oleh yang menang. Saat ini, yang menang adalah Prabowo Subianto. Prabowo Subianto punya hak untuk menentukan sejarah seperti apa," ujar Pandji di salah satu konten YouTube pribadinya, yang tayang ke publik pada 24 Juni 2025 lalu.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI