-
Polemik muncul akibat narasi media yang dinilai melecehkan tradisi pesantren, terutama soal penghormatan santri kepada kiai.
-
Habib Ja’far menilai masalah ini muncul karena kurangnya pemahaman publik dan media terhadap budaya pesantren.
-
Ia menyarankan media memberi ruang bagi tokoh pesantren untuk menjelaskan tradisi secara langsung, agar tidak disalahartikan.
Suara.com - Polemik yang menyeret salah satu program stasiun televisi Trans7 terkait dugaan pelecehan terhadap kiai sepuh dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, menjadi perbincangan hangat di jagat maya.
Pendakwah milenial, Habib Husein Ja'far Al Hadar, turut angkat bicara mengenai kegaduhan tersebut. Ia menawarkan solusi agar insiden ini mereda.
Menurut Habib Jafar, akar permasalahan ini adalah kurangnya pemahaman media dan publik secara umum mengenai tradisi dan budaya yang hidup di dalam lingkungan pesantren.
"Menurut saya yang paling penting sekarang itu adalah pemahaman tentang tradisi pesantren agar tidak disalahpahami," ujar Habib Jafar dalam video yang beredar di TikTok pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Oleh karena itu, Habib Jafar menyarankan media memberikan ruang atau panggung bagi para insan pesantren untuk menjelaskan tradisi mereka dari sudut pandang mereka sendiri.
"Oleh karena itu, yang paling dibutuhkan yaitu media memberikan slot untuk menjelaskan tradisi pesantren dari POV orang-orang pesantren yang mengerti tentang kepesantrenan itu sendiri," tegasnya.
Habib Jafar menekankan, pemahaman tidak boleh dibangun dari asumsi atau prasangka.
Ia bahkan menyodorkan sebuah pendekatan filosofis, di mana untuk memahami sesuatu, seseorang harus terjun langsung dan mengalaminya. Bukan sekadar menjadi pengamat dari jauh.
"Bukan dari asumsi yang tidak diketahui, atau ya coba hidup di pesantren sampai memahaminya baru kemudian berbicara tentang pesantren. Karena memang etikanya begitu," jelasnya.
Baca Juga: Habib Jafar Tanggapi Framing TV ke Ponpes Lirboyo: Tak Kenal Maka Tak Sayang
Terakhir, ia melihat insiden ini sebagai sebuah momentum pembelajaran, khususnya bagi kalangan santri.
"Dan buat para santri, ini satu hikmah tentang pentingnya seorang santri untuk terus menjelaskan ke publik tradisi-tradisi pesantren agar tidak disalahpaham," pungkasnya.
Sebagai informasi, insiden ini menjadi viral setelah cuplikan video dari acara "Xpose Uncensored" beredar luas.
Program tersebut menyoroti tradisi santri yang mencium tangan seorang kiai sepuh dengan posisi merendah, serta momen saat sang kiai turun dari kendaraan.
Pemicu utama kemarahan publik adalah penggunaan diksi oleh tim redaksi yang dinilai merendahkan.
Salah satunya menyebut santri "rela ngesot" demi memberikan amplop, sebuah narasi yang dianggap gagal memahami esensi takzim atau penghormatan dalam budaya pesantren.