Masjid pun menjadi bangunan pertama yang ia dirikan, diiringi oleh pembangunan ruang belajar dan asrama santri.
Pada 1925, Mbah Manab mendirikan Madrasah Hidayatul Mubtadiin, lembaga pendidikan formal pertama di Lirboyo yang menggunakan sistem klasikal dengan jenjang belajar bertingkat.
Meski demikian, metode sorogan dan bandongan tetap dipertahankan sebagai ciri khas pesantren salaf.
Diketahui pula, Pondok Pesantren Lirboyo berpegang teguh pada paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dengan landasan mazhab Syafi’i dalam bidang fikih, Asy’ariyah–Maturidiyah dalam akidah, serta tarekat mu’tabarah dalam bidang tasawuf.
Prinsip ajaran dalam ponpes ini menekankan keseimbangan antara akal, dalil, dan spiritualitas.
Dalam keseharian, santri Lirboyo dibiasakan untuk mengkaji kitab kuning secara mendalam, seperti Fathul Qarib, Taqrib, Tafsir Jalalain, Alfiyah Ibnu Malik, Ihya Ulumuddin, hingga Kiyafat Akhyar.
Pelajaran disampaikan dengan metode wetonan (pengajian massal) dan sorogan (bimbingan personal), yang menumbuhkan kemampuan analisis serta pemahaman mendalam terhadap teks-teks klasik.
Kontributor : Anistya Yustika
Baca Juga: Tayangan Soal Ponpes Lirboyo Tuai Kecaman, Trans7 Akhiri Kerja Sama dengan Rumah Produksi