Suara.com - Pandemi virus corona atau Covid-19 memang sudah berlangsung hampir setengah tahun.
Lamanya waktu tersebut harusnya sudah membuat masyarakat mengenal bagaimana virus SARS CoV 2 menginfeksi dan bagaimana cara melawannya.
Tapi sayangnya, hingga kini masih ada saja mitos yang beredar dan itu keliru, tapi masih sangat dipercayai masyarakat.
Berikut 5 mitos Covid-19 yang banyak dipercaya masyarakat mengutip Medical News Today, Sabtu (6/6/2020).
1. Vitamin D mencegah infeksi
![Ilustrasi Vitamin D. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/05/03/43838-vitamin-d.jpg)
Hal ini berangkat dari makalah penelitian yang kontroversial dalam jurnal Aging Clinical and Experimental Research.
Peneliti berhipotesis bahwa suplemen vitamin D bisa melindungi dari Covid-19, tapi sayangnya tidak ada bukti yang menunjukkan hal itu.
Kemudian bukti bantahan dikemukakan oleh peneliti dari Centre for Evidence Based Medicine University of Oxford Inggris yang menyimpulkan tidak menemukan bukti klinis tentang vitamin D mencegah dari Covid-19.
2. Zinc Menghentikan virus
Baca Juga: 6 Bayi Terinfeksi Virus Corona setelah Lahir, Ini Hasil Penelitiannya!
Kali ini hipotesis dari peneliti asal Rusia, Jerman, dan Yunani yang melihat kemungkinan zinc bisa digunakan sebagai terapi pencegahan dan pengobatan untuk Covid-19. Penelitian itu dipublikasi dalam International Journal of Molecular Medicine.
Meski saat diteliti pada hewan berhasil, namun peneliti mengakui kurangnya bukti klinis aktual atau ujicoba pada manusia bahwa zinc bisa menghentikan virus SARS CoV 2.
3. Vitamin C bisa melawan SARS CoV 2
Vitamin ini jadi sorotan, lantaran sebagai nutrisi penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Salahnya banyak yang percaya bahwa vitamin ini bisa mencegah bahkan menyembuhkan flu ringan maupun berat.
Tapi bukti keefektifan vitamin C untuk mengobati dan mencegah pilek karena influenza masih terbatas dan sering bertentangan dengan hasil.
Catatannya tipe vitamin IV C memang bisa meringankan gejala Covid-19 parah, tapi vitamin C biasa yang ada di pasaran tidak sama dengan yang dipakai pengobatan, dan ini harus melalui resep ketat dari dokter.