Suara.com - Merokok telah terbukti berisiko menyebabkan berbagai penyakit bahkan bisa menimbulkan kematina. Sejumlah penelitian telah membuktikan, bahwa dalam setiap kandungan rokok terdapat ribuan zat yang berbahaya bagi tubuh.
Belakangan muncul tren rokok herbal di kalangan masyarakat. Rokok yang dibuat dengan bahan yang lebih alami ini diklaim menurunkan risiko kanker paru-paru. Tapi, benarkah hal tersebut?
Spesialis Paru dr. Sita Laksmi Andriani Sp.P(K), PhD mengatakan risiko kanker paru sama rata untuk semua jenis rokok, baik elektrik, konvensional, hingga herbal.
![Ilustrasi kanker paru. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/11/16/o_1b1mdj5qk1enu16s3h5d151h1cala.jpg)
"Jadi rokok herbal tetap sama bahayanya," ujar dr. Sita dalam diskusi LIVE IG CISC, Sabtu (8/8/2020).
Perempuan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu lantas mengibaratkan merokok seperti kegiatan membakar sate, atau memasak menggunakan kayu bakar. Keduanya menghasilkan karsinogen, yang berbahaya bagi kesehatan paru.
"Itu asapnya adalah karsinogen dan juga asap yang toxic, karena di situ ada zat karsinogen, sama dengan rokok herbal. Apakah dia mengurangi risiko kanker paru? Tidak, karena zat risiko karsinogennya tetap ada," jelas dr. Sita.
Dokter yang berpraktik di MRCC Siloam Hospital Semanggi itu lantas mengingatkan, zat karsinogen pemicu pertumbuhan kanker ini bakal diproduksi semakin banyak dari kebiasaan merokok.
Ini karena rokok mengandung nikotin yang membuat kegiatannya bikin nagih, sehingga ingin terus merokok dan menghasilkan karsinogen.
"Nikotin membuat ketagihan atau adiksi, nikotin dihisap masuk ke dalam peredaran darah, masuk ke dalam darah, di otak diduduki reseptor nikotin dia akan mengeluarkan dopamin zat yang bikin rasanya enak. Nggak capek, nggak makan, nyaman," paparnya.
Baca Juga: Perempuan yang Merokok 4 Kali Lebih Berisiko Kena Aneurisma Otak
Itulah mengapa orang yang merokok kerap tidak nafsu makan, tidak merasa lelah atau mengantuk, bahkan cenderung merasa nyaman. Itu karena reseptor otak yang dipengaruhi nikotin, menghasilkan hormon bahagia, padahal itu berbahaya.
MSebelumnya, melansir dari Hello Sehat, sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang merokok tanpa filter bersiko dua kali lipat mengalami kematian akibat kanker daripada perokok jenis lainnya. Rokok jenis ini juga dikaitkan dengan 30 persen lebih tinggi kematian akibat berbagai penyakit lain.
"Orang yang merokok tanpa filter 40 persen lebih mungkin terkena kanker paru-paru. Selain itu, mereka juga sepertiga lebih cenderung mengalami ketergantungan nikotin dibandingkan dengan perokok lainnya," tulis Hello Sehat.
Rokok tanpa filter diduga lebih berbahaya dari rokok lain karena kandungan tar yang cukup tinggi.