Suara.com - Saat ini, jumlah virus corona Covid-19 di Amerika Serikat telah melebihi 9,2 juta. Para ahli pun menyerukan pengujian virus corona besar-besaran untuk mencegah penyebaran.
Salah satu strateginya, mereka melibatkan rapid test untuk mendeteksi virus corona Covid-19 dalam hitungan menit. Pemerintah federal pun membeli alat tes Covid-19 ini untuk didistribusikan ke seluruh negeri.
Harapannya, mereka cepat mendeteksi virus corona pada orang yang sakit maupun sehat. Dengan begitu, cepat pula mengambil tindakan isolasi agar pandemi bisa dikendalikan.
Tapi, sebuah studi justru meragukan hasil rapid tes tersebut, terutama pada orang tanpa gejala virus corona Covid-19.
Para peneliti di University of Arizona menemukan bahwa rapid tes pada orang bergejala bisa mendeteksi lebih dari 80 persen kasus yang juga ditemukan pada tes PCR lebih lambat.

Tapi, rapid test untuk orang yang tidak sakit dan tidak bergejala hanya mampu mendeteksi 32 persen kasus positif virus corona dari yang diidentifikasi oleh tes PCR.
"Ini benar-benar data berharga yang sulit diperoleh. Tapi, hasil 32 persen itu adalah sensitivitas yang sangat rendah. Saya terkejut betapa rendahnya data itu," kata Dr Benjamin Mazer, ahli patologi di Universitas Johns Hopkins dikutip dari Times of India.
Beberapa ahli luar lainnya mengatakan, tes cepat atau rapid test itu harus dilakukan sangat hati-hati dan mesti disertai penjelasan tentang bagaimana hasilnya nanti harus diinterpretasikan.
Saat ini, sebagian besar pengujian virus corona sangat bergantung pada teknik laboratorium yang disebut PCR. Tes PCR yang lebih lama ini cukup senstif mendeteksi patogen dan sejumlah kecil materi genetik dari virus.
Baca Juga: Orang Sehat atau Sakit yang Harus Pakai Masker? Ini Jawabannya!
Sayangnya, tes PCR untuk virus corona Covid-19 ini hasilnya sangat lambat dan mahal. Bahkan, seseorang terkadang harus menunggu hasilnya hingga berhari-hari.