Sebuah studi tentang konten seksual dan kekerasan di media menunjukkan remaja menerima, belajar dari, dan mungkin meniru perilaku yang digambarkan di media sebagai normatif, menarik, dan tanpa risiko.
Hal ini memprihatinkan mengingat banyaknya materi pornografi menggambarkan kekerasan terhadap perempuan.
Sebuah penelitian pada 2010 terhadap 50 film pornografi menunjukkan tayangan ini mengandung agresi fisik dan verbal tingkat tinggi.
Laki-laki melakukan 70,3% dari semua tindakan agresif dan 94,4% agresi ditujukan kepada perempuan.
4. Menyebabkan ketergantungan
Kecanduan adalah risiko bagi anak-anak dan remaja yang terus menerus mengakses materi pornografi. Sederhananya, kecanduan melibatkan aktivitas yang dulunya menyenangkan dan akhirnya berkembang menjadi suatu kebutuhan.
Bidang medis telah menyadari bahwa konsumsi pornografi dapat menimbulkan masalah. Panduan DSM-V mencakup diagnosis Gangguan Hiperseksual, yang mencakup penggunaan pornografi secara kompulsif.
Anak-anak dan remaja mampu mengembangkan perilaku seksual kompulsif, yang dapat menyebabkan kecanduan seksual.
Waktu yang dihabiskan untuk online dapat mengindikasikan suatu gangguan jika hal itu mengakibatkan terganggunya anak atau remaja secara klinis.
Baca Juga: Konten Porno Mirip Anya Geraldine dan Jessisa Iskandar Juga Diperkarakan
Kegagalan untuk menahan keinginan untuk melihat gambar-gambar pornografi, terlepas dari efek negatif perilaku tersebut terhadap fungsi sosial atau rekreasional, merupakan tanda gangguan.