Mengenal Operasi Hybrid, Teknik Mumpuni Atasi Masalah Diseksi Aorta

Risna Halidi Suara.Com
Kamis, 11 Februari 2021 | 19:33 WIB
Mengenal Operasi Hybrid, Teknik Mumpuni Atasi Masalah Diseksi Aorta
Ilustrasi operasi hybrid (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Untuk mencegah kerusakan organ-organ tersebut, tim dokter juga harus melakukan beberapa teknik seperti intermittent cardioplegia untuk jantung, selective cerebral perfusion untuk otak, dan manuver rumit lainnya.

Setelah prosedur hampir selesai, aliran darah dialirkan kembali dan suhu tubuh dinaikkan sampai normal.

Beberapa kelainan yang merupakan efek samping atau komplikasi dari teknik operasi hybrid ini di antaranya aritmia (gangguan irama jantung), koagulopati (gangguan pembekuan darah), renal insufficiency (gangguan fungsi ginjal) diatasi dengan sistematis, sehingga tidak berkepanjangan setelah operasi.

Paskapembedahan, pasien harus dirawat di perawatan intensif sekitar empat sampai lima hari tergantung beratnya kasus dan rumitnya prosedur yang dilakukan.

"Berbeda dengan operasi jantung lain, operasi jenis ini mempunyai derajat pengawasan intensif yang lebih kompleks. Inilah sebabnya, harus ada komunikasi intensif antara tim ICU dan dokter bedah," tambah dokter jantung Dr Dafsah Juzar,SpJP(K).

Selama pemulihan, tim dokter harus melakukan pemantauan seperti pemantauan hemodinamik, perdarahan, fungsi nafas, kesadaran, fungsi ginjal dan fungsi tubuh lainnya, secara seksama dari menit ke menit agar pasien terawasi dengan baik.

"Heartology Cardiovascular Center mampu melakukan Operasi Hybrid yang Pertama di Indonesia, karena tersedianya tehnologi canggih dan tim dokter berpengalaman yang mempunyai rekam jejak yang telah terbukti," tutup dokter jantung dr Suko Adiarto, SpJP(K).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI