Para peserta menyelesaikan proses vaksinasi dua kali antara 16 Desember 2020 dan 13 Maret 2021. Akhirnya, para peneliti menemukan bahwa hanya 98 dari 658 peserta studi atau 15 persen memiliki antibodi terhadap virus corona Covid-19 pada 21 hari setelah suntikan pertama.
Paada hari ke-29 setelah suntikan kedua vaksin Covid-19, jumlah peserta dengan antibodi yang terdeteksi naik menjadi 357 dari 658 atau 54 persen. Setelah kedua dosis vaksin diberikan, 301 dari 658 peserta atau 46 persen peserta tidak memiliki antibodi sama sekali. Sedangkan 39 persen lainnya hanya menghasilkan antibodi setelah suntikan kedua.
Para peneliti juga menemukan bahwa di antara peserta, yang paling mungkin mengembangkan respons antibodi adalah orang yang lebih muda, tidak menggunakan rejimen imunosupresif termasuk obat anti-metabolit dan menerima vaksin Moderna.
Berdasarkan pengamatan ini, Dorry Segev, MD, PhD, Marjory K dan Dorry Segev, MD, PhD, Marjory K, Profesor Bedah dan Epidemiologi, mengatakan orang yang pernah menerima transplantasi organ tidak boleh berasumsi dua kali suntikan vaksin Covid-19 akan memberikan kekebalan yang lebih tinggi daripada hanay satu kali suntikan.
Segev mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan respons vaksin Covid-19 pada populasi ini, termasuk suntikan dosis tambahan atau penggunaan obat penekan kekebalan.