Obat tersebut banyak digunakan karena bisa mengatasi dan mencegah penggumpalan darah yang dialami sejumlah pasien Covid-19.
"Obat yang kedua adalah dexamethasone. Obat ini bermanfaat untuk pasien Covid-19 dengan saturasi oksigen yang rendah atau yang sedang memerlukan ventilator saat rawat inap di rumah sakit. Penelitian Universitas Oxford juga mengungkap dexamethasone itu bisa mengurangi sepertiga kematian pasien yang menggunakan ventilator," paparnya.
Rekomendasi terbaru dari WHO adalah dua obat yaitu tocilizumab dan sarilumab. Obat tersebut sering digunakan untuk pengobatan peradangan sendi, rheumatoid arthritis, salah satu jenis penyakit autoimun.
Selain itu juga remdesivir dan favipiravir untuk pengobatan pasien Covid-19 dengan gejala berat. Sedangkan untuk pasien gejala menengah diberikan obat Plasma Convalescent, yang bermanfaat namun banyak syarat untuk diberikan.
"Kesimpulannya, masih sulit mengetahui apakah vitamin D bisa mencegah dan mengobati Covid-19. Hasil beberapa penelitian belum konsisten. Tapi, asupan vitamin D ya tetap penting, namun bukan dalam rangka mengobati Covid-19," ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa terlalu banyak asupan vitamin D dalam tubuh juga bukan berarti lebih baik. Sebab, vitamin D bersifat larut dalam lemak, sehingga ada risiko kelebihan suplemen yang dapat menyebabkan toksisitas.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh juga tidak hanya dengan mengonsumsi suplemen vitamin D.
"Tapi juga melakukan olahraga teratur, berhenti minum alkohol dan merokok, tidur cukup dan mengonsumsi makanan bergizi," pungkasnya.
Baca Juga: Resmi! Pemerintah Tetapkan Harga Vaksin Sinopharm Rp 879.140