Mengenal Jenis Psikotropika dan Bahayanya Bagi Tubuh

Jum'at, 03 September 2021 | 13:21 WIB
Mengenal Jenis Psikotropika dan Bahayanya Bagi Tubuh
Ilustrasi psikotropika
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat kondisi sedih atau terpuruk, pikiran kerap tak mampu berpikir jernih. Hal itu pada akhirnya berpotensi membuat seseorang mengambil tindakan keliru.

Salah satunya melampiaskan pada obat-obatan terlarang seperti zat psikotropika yang diklaim dapat memberikan efek menenangkan.

Tapi apakah benar zat tersebut dapat memberi efek tenang? Adakah efek sampingnya bagi kesehatan?

Dikutip Ruang Guru, psikotropika sebenarnya zat atau obat alami dan sintetik nonnarkotika yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Berdasarkan dampaknya bagi tubuh, psikotropika terbagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

Ilustrasi narkoba (Unsplash/Markus Spiske]
Ilustrasi psikotropika (Unsplash/Markus Spiske]

1. Stimulan
Stimulan adalah kategori psikotropika yang apabila dikonsumsi akan merangsang kerja sistem saraf pusat dan kerja organ. Ketika seseorang menggunakan stimulan, dia akan merasa senang dan bahagia berlebihan.

Efek "senang" dari psikotropika berbeda dengan senang setelah aktivitas positif lain.

Perasaan "senang" yang timbul akibat priskotropika akan menurunkan daya koordinasi tubuh. Hal ini terjadi karena tubuh kekurangan neurotransmitter, zat yang bisa mengantarkan impuls saraf.

Otak memiliki dopamine, neurotransmitter yang berfungsi menimbulkan perasaan bahagia. Contohnya, saat makan es krim cokelat, dopamine akan membuat tubuh merasakan lezatnya es krim tersebut dan merasa senang

Sedangkan pada penggunaan psikotropika, seseorang akan merasa "butuh rasa senang" tersebut secara terus-menerus yang kemudian memunculkan kecanduan terhadap obat-obatan tersebut.

Baca Juga: Erick Thohir Pastikan Stok Obat-obatan di BUMN Cukup untuk 2 Bulan ke Depan

Ketika efek candu itu muncul, bagaimana pun si pengguna akan berusaha mencari jenis psikotropika tersebut. Jika tidak mendapatkan obat-obatan tersebut, perasaan frustasi akan muncul dan masuk ke dalam fase kesepian yang sebelumnya coba dihindari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI