Menurutnya, pemerintah harus hadir untuk menangani masalah gizi melalui program berkelanjutan dan disesuaikan dengan kearifan lokal daerah. Sebab, isu malnutrisi ternyata tidak melulu soal ketersediaan pangan.
“Banyak juga provinsi yang akses pangannya bagus tapi mengalami stunting atau kekurangan gizi karena masalah budaya, pendidikan, dan food preference,” tambahnya.
Sebelumnya, South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS), studi mengenai gizi dan kesehatan yang dilakukan di empat negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam yang diprakarsai oleh FrieslandCampina, induk perusahaan produk bergizi berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia.
Studi yang dilakukan di 21 Kabupaten/Kota pada 15 Provinsi di Indonesia ini melibatkan sekitar 25 personil dari kalangan dokter, ahli gizi, kesehatan masyarakat dan bidang olahraga. Bekerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, SEANUTS melibatkan sekitar 3 ribu anak di seluruh Indonesia dengan rentang usia 6 bulan-12 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia. Studi ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi anak-anak di Indonesia dan memberikan informasi mengenai asupan makanan anak, termasuk konsumsi protein hewani yang berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.