Pasien dengan serangan stroke berulang diduga disebabkan oleh aterosklerotik yang harus menerima terapi statin intensitas tinggi seperti atorvastatin (Lipitor), terlepas dari kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah.
4. Apnea tidur obstruktif
Polisomnografi direkomendasikan untuk pasien dengan riwayat stroke dan gejala apnea tidur obstruktif. Di antara pasien dengan stroke sebelumnya, sekitar 50 hingga 75 persen sleep apnea yang tak terdiagnosis.
Gejala sleep apnea mungkin termasuk kantuk di siang hari, dengkuran keras, gangguan pernapasan yang disaksikan, atau terbangun karena terengah-engah atau tersedak.
5. Penggunaan tembakau
Merokok sigaret merupakan faktor risiko independen untuk serangan stroke iskemik yang pertama dan meningkatkan risiko infark otak.
Paparan asap rokok pasif juga dapat berkontribusi pada risiko stroke. Meski datanya masih terbatas, satu penelitian menunjukkan peningkatan risiko stroke berulang pada perokok yang lebih tua.
Karena itu, pasien yang pernah mengalami stroke harus berhenti merokok dan menghindari asap rokok agar tidak terjadi serangan stroke berulang.
Baca Juga: Pingsan hingga Pusing, Ini Gejala Awal Infeksi Virus Corona Covid-19!