Umumnya, orang merasa cemas tepat beberapa saat sebelum menjalani ujian. Akan tetapi, penderita gangguan kecemasan bisa jadi sudah merasa cemas berminggu-minggu sebelum hari ujian.
Bahkan, tepat sebelum menjalani ujian, muncul berbagai gejala gangguan kecemasan intens yang berpotensi membuatnya tidak mampu mengikuti ujian tersebut. Jika sudah demikian, rasa cemas yang ia alami bisa bertahan hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa rasa cemas yang muncul saat Anda mengalami gangguan kecemasan memiliki frekuensi dan intensitas yang tinggi. Untuk mengatasinya, Anda tentu perlu memeriksakan kondisi tersebut ke psikolog atau dokter.
3. Gejala-gejala fisik dan psikologis
Saat merasa cemas, Anda mungkin hanya sekedar panik dan hanya bisa fokus terhadap pemicu rasa cemas tersebut. Namun, hal ini berbeda saat Anda mengalami gangguan kecemasan.
Selain rasa cemas, Anda juga akan mengalami berbagai gejala lainnya, seperti serangan panik, berkeringat, gemetar, jantung berdetak kencang, sakit kepala, mual, tidak bisa bernapas, hingga tidak bisa berbicara sama sekali.
Bukan sekedar itu saja, ada pula gejala psikologis yang mungkin muncul, seperti tidak bisa berkonsentrasi, dan tidak berpikir dengan baik.
4. Gangguan aktivitas sehari-hari
Beda cemas dan gangguan kecemasan juga dapat Anda perhatikan dari aktivitas sehari-hari. Jika merasa cemas, Anda masih bisa berkegiatan seperti biasa. Apalagi jika pemicu rasa cemas sudah berhasil Anda lalui.
Baca Juga: Studi: Bidan di Indonesia Alami Kelelahan Emosi dan Kecemasan Saat Rawat Pasien Selama Pandemi
Namun, hal ini belum tentu berlaku dengan penderita gangguan kecemasan. Mengingat rasa cemas cukup sering dan intens muncul, orang yang mengalami kondisi ini sering kali memilih untuk menghindari pemicu stres.