Suara.com - Obat herbal masih populer dan jadi pilihan masyarakat Indonesia. Beberapa orang di Indonesia lebih memilih obat herbal karena tidak menggunakan bahan kimia.
Director of Research & Business Development Dexa Group, Prof. Raymond R. Tjandrawinata mengatakan, obat herbal sendiri pada dasarnya terbagi menjadi beberapa jenis, seperti jamu dan fitofarmaka (obat herbal modern). Apa bedanya?
Meski keduanya sama-sama dari herbal, Prof. Raymond menuturkan jamu dan fitofarmaka memiliki beberapa perbedaan di antaranya sebagai berikut.

1. Proses pembuatan
Untuk jamu, proses pembuatannya tidak memerlukan studi apapun. Hal ini karena jamu dibuat berdasarkan resep yang sudah ada sejak turun temurun.
Fitofarmaka
Untuk fitofarmaka, proses pembuatannya membutuhkan proses studi dan uji klinik yang panjang. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa obat yang dibuat memberikan khasiat kepada pasien yang mengonsumsi.
Prof. Raymond menuturkan, setiap produk fitofarmaka mempunyai uji klinis yang berbeda-beda. Misalnya ada produk yang telah melakukan 8 protokol. Sementara setiap protokol itu bisa mencapai 8 tahun.
Baca Juga: Rahasia! 2 Resep Pelangsing Tubuh dari Dokter Zaidul Akbar
2. Manfaat
Jamu
Prof. Raymond menjelaskan, manfaat jamu dapat dibuktikan berdasarkan empiris saja. Jamu juga lebih ditujukkan untuk memperbaiki masalah dalam bentuk promotif dan preventif.
Fitofarmaka
Untuk fitofarmaka dapat dipasarkan setelah uji klinik yang membuktikan bahwa obat ini mempunyai khasiat kepada pasien. Selain itu, dalam pembuatannya, Prof. Raymond menuturkan, biasanya akan dilihat terlebih dahulu masalah penyakit yang dialami.
Setelah itu, akan disesuaikan dengan bahan baku berdasarkan penyakit tersebut. Oleh sebab itu, obat fitofarmaka dinilai memiliki manfaat yang sama dengan produk impor yang berbahan dasar kimia.