- Infertilitas pria masih sering diabaikan, padahal sekitar 30 persen kasus kesuburan dipengaruhi oleh kondisi pada pria, seperti varikokel atau faktor genetik.
- Pemeriksaan sperma sejak dini bisa membantu deteksi masalah lebih cepat dan menentukan terapi yang tepat.
- Kini, teknologi fertilitas terus berkembang — dari evaluasi sperma hingga seleksi embrio tanpa biopsi — untuk meningkatkan peluang kehamilan bagi para pejuang dua garis.
Suara.com - Masalah kesuburan bukan hanya urusan perempuan. Dalam banyak kasus, ada yang namanya infertilitas pria, yang bisa menjadi penyebab utama dari sulitnya pasangan mendapatkan momongan.
Fakta ini kembali disorot dalam Bocah Fertility Week (BFW) 2025, yang digelar oleh Bocah Indonesia dalam rangka memperingati World Fertility Day.
Mengusung tema “Hope Starts Here”, acara ini bukan hanya jadi ajang berbagi harapan bagi para pejuang dua garis, tapi juga wadah edukasi tentang inovasi teknologi fertilitas terkini — termasuk dari sisi pria.
Infertilitas Pria: Banyak yang Masih “Idiopatik”
Menurut dr. Geraldo Laurus, Sp. And, dokter spesialis andrologi Bocah Indonesia, penyebab infertilitas pria sangat beragam — mulai dari gaya hidup hingga kelainan genetik. Namun yang paling sering justru adalah yang disebut idiopatik, alias tidak diketahui penyebab pastinya.
“Penyebab infertilitas pria paling tinggi itu idiopatik. Artinya, faktornya belum kita temukan secara pasti,” jelas dr. Geraldo dalam sesi edukasi BFW 2025.
Selain itu, penyebab lain yang cukup sering ditemukan adalah varikokel — pelebaran pembuluh darah di kantong zakar (skrotum) yang bisa mengganggu kualitas sperma. Kondisi ini mirip seperti varises, hanya saja terjadi pada area testis.
“Varikokel itu penyebabnya genetik, tapi bisa diperberat oleh aktivitas seperti sering angkat beban berat. Sayangnya, kondisi ini tidak bisa sembuh dengan obat atau herbal — hanya bisa diperbaiki lewat operasi,” tambahnya.
Sperma Jelek Bukan Akhir Dunia, Tapi Harus Dievaluasi Menyeluruh
Baca Juga: Plastik Ancam Kesuburan Wanita, Bisa Ganggu Hormon dan Turunkan Kualitas Sel Telur!
Menurut dr. Geraldo, banyak pria baru menyadari masalah kesuburan setelah menikah dan belum juga memiliki anak. Padahal, pemeriksaan sperma bisa dilakukan jauh sebelum itu.
“Sekarang kita nggak perlu nunggu setahun menikah dulu baru periksa. Bahkan sebelum menikah pun boleh, supaya tahu kondisinya lebih cepat,” katanya.
Masalah sperma juga bisa dipengaruhi oleh faktor sederhana seperti demam tinggi, obesitas, hingga gaya hidup tidak sehat. Karena itu, pendekatan untuk memperbaikinya harus holistik — bukan hanya mengandalkan suplemen atau makanan “penyubur”.
Beberapa langkah penting yang disarankan:
- Menjaga berat badan ideal (lingkar perut pria < 90 cm)
- Rutin olahraga 3–5 kali seminggu, minimal 30 menit
- Tidur cukup 7–8 jam
- Mengurangi makanan ultra-proses seperti nugget, sosis, atau mi instan
- Batasi kopi maksimal dua gelas sehari
“Mau makan toge satu truk pun nggak akan ngaruh kalau spermanya punya masalah genetik atau medis. Jadi tetap harus diperiksa dulu,” ujar dr. Geraldo sambil tertawa.
Dari Sperma hingga Embrio: Teknologi IVF Makin Canggih