Masih terekam dalam ingatan saya bagaimana dahulu Pak Jokowi memasuki percaturan politik Indonesia. Diremehkan berbagai pihak ketika maju sebagai kontestan, namun menjelma menjadi salah saat tokoh yang sangat diperhitungkan. Memenangkan dua kali pemilihan presiden di Indonesia tidaklah sederhana, apalagi masih memiliki 80% lebih "approval rate" di setahun terakhir masa jabatannya. Hal ini menjadi bukti betapa rakyat sangat mendukung berbagai program yang dikerjakannya serta melihat beliau sebagai pemimpin yang tak tergantikan di Indonesia.
Maka saya melihat, keraguan yang muncul sat ini di pikiran banyak orang terhadap keputusan Pak Prabowo memilih Mas Gibran adalah hal yang dapat dipahami. Namun, kita harus selalu mengingat bahwa setiap langkah yang diambil oleh keduanya, saya yakini memiliki niat tulus untuk mewujudkan visi Indonesia Maju.
Dalam jejak sejarah kita, persatuan dan kolaborasi telah terbukti sebagai kunci kemajuan bangsa. Hal ini pula yang saya lihat dari pasangan Prabowo-Gibran: simbol harapan untuk Indonesia Maju, sebuah sinergi antara persatuan dan percepatan untuk meneruskan pembangunan berkelanjutan yang sedang kita persiapkan saat ini.
Saya ingin menekankan pentingnya semangat rekonsiliasi yang telah dicontohkan oleh Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Kita tentu tidak ingin kembali melihat terbelahnya masyarakat seperti di beberapa Pemilu lalu. Pelajaran dari pandemi Covid-19 dan tantangan lain seperti kondisi geopolitik global sekali lagi membuktikan bahwa persatuan adalah kebutuhan mutlak kita.
Rekonsiliasi antara Presiden Jokowi dan Pak Prabowo telah memberikan banyak dampak positif bagi bangsa, sesuatu yang juga diakui oleh dunia internasional. Maka adalah hal yang wajar jika simbol persatuan ini perlu untuk dilanjutkan. Saya meyakini, kerja sama yang baik antara Pak Prabowo dan Mas Gibran akan membuat Indonesia semakin dekat dengan masa keemasannya.
Dan tentunya, saya akan selalu tegak lurus dalam mendukung visi yang dibawa Presiden Jokowi. Beliau mungkin bukanlah sosok yang sempurna, namun beliau telah memberikan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dan memutuskan sebuah pilihan.
Loyalitas saya kepada beliau tidak pernah luntur, bukan hanya karena posisinya sebagai presiden, melainkan karena integritas, dedikasi, dan contoh yang beliau tunjukkan dalam setiap aspek kehidupannya.
Terakhir, saya ingin mengingatkan bahwa di era saat ini, lebih bijaksana untuk kita fokus pada membangun jalinan persahabatan daripada menciptakan permusuhan. Peran Pak Jokowi tak dapat disangkal telah memegang tempat yang penting dalam lanskap politik Indonesia. Dengan demikian, marilah kita senantiasa menjaga kerendahan hati, menjauhkan diri dari sikap angkuh, dan bergerak dengan penuh kesadaran serta empati.
Sebagai bangsa yang bhinneka, tentu kritik dan saran adalah unsur vital dalam dinamika kita. Tetapi kita tetap perlu memilah antara kritik yang konstruktif dan keraguan yang tak produktif. Kalaupun pada akhirnya kita harus berbeda pandangan dan pilihan, saya ingin mengajak, mari kita peluk prinsip "agree to disagree".
Baca Juga: Profil Adian Napitupulu, Kader yang Bongkar Akar Konflik Jokowi-PDIP Gegara Mega Tolak 3 Periode
Kita boleh memiliki dan meyakini pilihan kita, tapi harus ingat, orang lain pun berhak punya pandangan dan pilihannya sendiri. Jadi, mari saling menghargai satu sama lain.