Kali pertama beroperasi pada 30 Juli 1971, Argo Parahyangan tak lepas dari pasang surut. Semula KA Parahyangan hanya melayani untuk gerbong kelas bisnis, kemudian pada tahun 1980 KA Parahyangan memiliki layanan eksekutif.
Sejak saat itu, KA Parahyangan sudah menjadi pilihan utama transportasi massa warga Bandung dan sekitarnya.

Seiring perkembangan zaman, KA Parahyangan sempat mengalami perubahan. Hal tersebut bersamaan dengan perubahan status PT KAI saat itu, dari Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).
Sejumlah perubahan terjadi pada layanan fasilitas KA Parahyangan yang ditambah dengan televisi dan juga corak warna yang berbeda.
Surutnya KA Parahyangan terjadi saat muncul Argo Gede yang melayani rute sama di tahun 1995. KA Parahyangan disebut kalah cepat dengan Argo Gede hingga berdampak perlahan turunnya jumlah penumpang. Puncaknya di tahun 2010, KA Parahyangan resmi pensiun.
Namun, lantaran banyak masyarakat yang merasa kehilangan dengan pensiunnya KA Parahyangan, akhirnya KA membuat terobosan untuk menggabungkan KA Parahyangan dengan KA Argo Gede yang hingga kini dikenal dengan Argo Parahyangan.
Nama Parahyangan sendiri diambil dari julukan Kota Bandung yang secara harfiah berarti tempat bersemayam para dewa. Meski begitu saat kehadiran Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh, kekhawatiran kembali muncul akan hilangnya Argo Parahyangan karena digusur kereta cepat yang resmi beroperasi 2 Oktober 2023.
Namun hal tersebut ditepis Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo, beberapa waktu lalu.
Kepada awak media ia memastikan bahwa KA Argo Parahyangan tetap beroperasi meski sudah ada Whoosh. Menurut Didiek, KA Argo Parahyangan merupakan kereta yang sudah melegenda dan sudah melekat dengan masyarakat Jawa Barat.
Baca Juga: 'Rahasia' Politik Demokrat Habis Dikuliti Anas Urbaningrum, Gagal Usung AHY Jadi Cawapres
"Argo Parahyangan kan legend ya udah jadi milik masyarakat Jawa Barat. Kita harus jaga kelangsungan layanannya," katanya, baru-baru ini.