Menilik Sepak Terjang 3 Cawapres Pilpres 2024 di Dunia Politik

Senin, 25 Desember 2023 | 13:13 WIB
Menilik Sepak Terjang 3 Cawapres Pilpres 2024 di Dunia Politik
Gaya Cawapres Gibran angkat dua tangan saat debat Cawapres 2024. (tangkapan layar)

Suara.com - Debat cawapres pertama telah berlangsung Jumat (22/12/2023). Pada kesempatan ini, para cawapres tampak berlomba-lomba memecahkan isu dengan gagasan mereka.

Untuk memilih pemimpin nasional, jangan hanya memilih seorang pemimpin berdasarkan janji-janji bahkan pencitraannya saja. Pilihlah pemimpin berdasarkan gagasan jelasnya hingga rekam jejak dan prestasinya.

Tentu saja pemimpin diharuskan bersih, aspiratif, dan bisa menjadi problem solver. Menjelang Pilpres 2024 semua masyarakat dituntut jeli dalam memilih pemimpin demi kemajuan dan kemaslahatan bangsa.

Mungkin sebagian lebih condong dan hanya mempentingkan siapa presidennya saja. Padahal wakil presiden juga memiliki peran yang sama seperti presiden.

Maka dari itu, kita juga harus jeli melihat rekam jejak calon wakil presiden juga.

Berikut beberapa rekam jejak dari cawapres Pemilu 2024.

Muhaimin Iskandar

Mari dimulai dari cawapres nomor urut satu. Dia adalah Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin.

Siapa sangka kalau Cak Imin juga memiliki karir di dunia politik yang cukup cemerlang. Ia sudah mendudukin berbagai jabatan seperti anggota DPR, Menteri, hingga menjadi Ketua Umum Partai Politik.

Baca Juga: Penjelasan Bahlil Usai Viral Kerah Jaketnya Ditarik Prabowo: Saya Juga Kaget!

Ia mulai terjun di dunia politik pada era reformasi yakni 1998. Cak Imin dan sejumlah toko NU mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kala itu ia juga menduduki posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen).

Sepak terjangnya dalam dunia politik tentu sudah tidak diragukan lagi. Namun, beriringan dengan hal itu tentu keponakan Gus Dur ini tak luput dari kontroversi.

Salah satunya adalah soal perpecahan dengan Gus Dur di Internal PKB. Diketahui, kala itu terjadi konflik perebutan kekuasaan antara Cak Imin dan Gus Dur pada saat gelaran Muktamar Nahdlatul Ulama tahun 2005 yang memilih Cak Imin sebagai Ketua Umum yang baru.

Namun, Cak Imin sempat diberhentikan pada 2008 karena dirasa telah melakukan manuver politik oleh Gus Dur, yang kemudian digugat Cak Imin di pengadilan.

Akibatnya, peristiwa ini memecah belah internal partai menjadi dua kubu dan saling serang setiap awal pemilu. Putri Gus Dur, Yenny Wahid menilai Cak Imin telah melakukan pengkhianatan terhadap Gus Dur yang membesarkannya. Yenny sempat mengatakan bahwa Gus Dur sebelum wafat menulis pesan untuk mengganti Cak Imin.

Selain itu, kontroversi yang menyeret Cak Imin adalah soal usulan penundaan Pemilu 2024. Kala itu ia mengusulakn dengan alasan ekonomi masyarakat yang belum pulih dan anggaran negara yang habis untuk penanganan pandemi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI