Banyak Persoalan Geopolitik, Soedrajad Djiwandono Percaya Prabowo-Gibran Solusinya

Jum'at, 12 Januari 2024 | 17:41 WIB
Banyak Persoalan Geopolitik, Soedrajad Djiwandono Percaya Prabowo-Gibran Solusinya
Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka (kanan) saat Debat Capres Ketiga di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Marine Le Pen, Calon Presiden Prancis yang juga pemimpin partai sayap kanan bertendensi ne0-fasis Front National. [JOSEPH EID / AFP]
Marine Le Pen, Calon Presiden Prancis yang juga pemimpin partai sayap kanan bertendensi ne0-fasis Front National. [JOSEPH EID / AFP]

Lalu ada sosok calon presiden (capres) Prancis, Marine le Pen yang terang-terangan memiliki wacana pelarangan penggunaan hijab di negara tersebut.

Tokoh-tokoh itu menambah deretan pemimpin negara yang sudah berkuasa seperti Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban hingga Perdana Menteri Indonesia Narendra Modi.

"Mereka semua memiliki garis yang sama karena tidak memiliki kepercayaan pada cara kerja sistem demokrasi. Sebaliknya, mereka berpikir bahwa kebijakan luar negeri terbaik adalah menempatkan kepentingan domestik pertama, anti globalisasi dan liberalisasi, tidak ramah kepada imigran, dan lain-lain," jelasnya.

Belum lagi munculnya kemungkinkan Donald Trump kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, hingga bergabungnya Rusia, Iran dengan China di tengah konflik Israel vs Hamas.

Soedradjad menyebut, hal tersebut didukung dengan munculnya kekhawatiran munculnya implikasi dari perang yang berkelanjutan seperti yang terjadi antara Ukraina dan Rusia hingga Israel dengan Hamas.

 Tentara Israel di Tepi Barat. (Foto: Anadolu, via Antara)
Tentara Israel di Tepi Barat. (Foto: Anadolu, via Antara)

Melihat kondisi geopolitik di atas, Soedradjad melihat ada implikasinya juga terhadap perekonomian. Tak terkecuali, itu akan berpengaruh pada negara-negara yang tengah berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk Indonesia.

Bahkan ia menyebut, upaya meningkatkan status dari negara berkembang menjadi negara maju tidak bisa langsung dilakukan.

"Mimpi untuk India, Indonesia dan Arab Saudi untuk menjadi sukses untuk meningkatkan status mereka untuk menjadi ekonomi maju mungkin masih harus menunggu sebentar," terangnya.

Kendati demikian, ia berharap kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme negara-negara tersebut untuk mencapai tujuannya.

Baca Juga: Terima Laporan, Bawaslu Usut Aksi Ganjar Diduga Bagi-bagi Voucher Internet di CFD Solo

"Ini mudah-mudahan tidak akan mengurangi antusiasme negara-negara ini di upaya mereka untuk mencapai tujuan itu, yang ingin dicapai semua negara, cepat atau lambat."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI