"Soal kalkulasi politik tentu. Tadi kan sudah saya sampaikan hitungan, 'Oh kalau ini bersama-sama dengan ini secara matematika unggul, betul. Tapi apakah seperti itu, apakah hitungan politik matematikanya sama dengan pilihan rakyat. Ini kan belum tentu, harus disurvei, pertama itu," katanya.
"Temen-temen media kan tadi bilang begitu, bagaimana dengan Pak Anies wakilnya dari PDI Perjuangan, ya kan? Ibu Tri Risma lah dulu, Mas Andika, apakah itu wajar? Nah ini kan harus dihitung dengan betul. Kalau tadi misalnya antara Pak Anies dengan Pak Charles Honoris, itu mungkin masih wajar, antara secara usia atau apa, masih ini. Nah dengan namanya Pak Pramono Anung, yang sudah disampaikan Pak Sekjen, apakah wajar Pak Pramono Anung menjadi wakil? Kan itu kan yang berkembang saat ini," sambungnya.
Untuk itu, ia menilai perhitungan sangat penting dilakukan. Sebab untuk Pilgub Jakarta 2024 di PDIP sendiri banyak nama yang muncul.
"Jadi benar-benar ini masih dihitung untuk Jakarta karena calon-calonnya itu memang mempuni. Ada Bu Tri Risma, ada Mas Andika, ada Ahok. Nah Ahok, Pak Ahok, Pak Basuki Tjahaja Purnama secara aturan kan kemungkinan tidak bisa kan karena beliau sudah pernah jadi gubernur, kan begitu, dan masa yang kemarin bersaing kemudian ini bersama-sama, ya bukan tidak mungkin tapi secara hukumnya itu kecil sekali karena tidak dimungkinkan," ujarnya.