Dinamika Elektabilitas di Jateng 2024, Perbedaan Hasil Survei Hingga Pengaruh Undecided Voters

Chandra Iswinarno Suara.Com
Selasa, 05 November 2024 | 16:12 WIB
Dinamika Elektabilitas di Jateng 2024, Perbedaan Hasil Survei Hingga Pengaruh Undecided Voters
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor Urut 1 Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor Urut 2 Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen melepas burung merpati yang menandai pelaksanaan deklarasi damai Pilkada 2024 di Semarang, Selasa (24/9/2024). ANTARA/I.C. Senjaya

Namun, ia mengungkap bahwa dalam sebulan terakhir, terjadi peningkatan suara untuk Andika-Hendi dari 36,6% pada September 2024 menjadi 48,1% pada Oktober 2024.

Kondisi tersebut terbalik dengan pasangan Luthfi-Yasin yang menurun dari 57,9% menjadi 47,5% pada periode yang sama.

"Dalam sebulan terakhir, Andika-Hendi mengalami kenaikan suara secara signifikan sebesar 11,5 persen dan Luthfi-Yasin turun 10,4 persen,” ungkap Deni.

SMRC sendiri melakukan survei dengan 1.210 responden warga Jawa Tengah yang memiliki hak pilih. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Melihat adanya perbedaan hasil survei dalam Pilkada Jawa Tengah, pengamat politik Arfianto Purbolaksono mengemukakan bahwa harus ada audit secara metodologi bila melihat dari hasilnya. Apalagi, survei yang dilakukan tiga lembaga tersebut, nyaris dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Ia mengemukakan kemungkinan ada perbedaan dari sisi margin of error ketiga lembaga tersebut. Ia kemudian mengemukakan bahwa dengan melihat hasil survei yang diperbandingkan dengan margin of error, masih belum mutlak unggul.

Apabila melihat SMRC, margin of error mencapai 2,9% sedangkan selisih antara Andika-Hendi dengan Luthfi-Yasin hanya selisih 1%. Pun juga dengan Litbang Kompas, yang selisih suaranya masih dalam rentang margin of error, yakni 0,7%.

"Kalau melihat dari margin of error ada kesamaan, sedangkan floating mass masih belum tentukan pilihan. Bila mengacu pada hasil survei Litbang Kompas, belum bisa dikatakan ada keunggulan di sana. Sebab, perbedaan 0,7 di bawah margin of error tidak bisa dikatakan ada keunggulan, lantaran margin of error 3,1%," kata Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research saat dihubungi Suara.com.

Meski begitu, ia mengemukakan bahwa hasil tersebut menggambarkan posisi pemilih saat periode survei dilakukan.

Baca Juga: Santai Meski Keok sama Pramono, RK soal Sigi Litbang Kompas: Survei Itu Bukan Penentu Takdir!

"Dalam konteks tersebut ada beberapa hal yang memengaruhinya, seperti preferensi pemilih di pilkada 2024, tapi dari situasi di survei itu dilakukan."

Arfianto sendiri mengemukakan setidaknya ada tiga faktor yang membuat terjadinya perbedaan hasil survei.

"Misalnya, jumlah responden. Apabila responden semakin besar, maka semakin mendekati kenyataan yang ada di lapangan," ujarnya.

Kemudian mengenai pengambilan sampel yang dilakukan secara acak di suatu wilayah. Hal tersebut menurutnya akan menentukan hasil suara dalam survei.

"Misalnya sampel diambil di suatu daerah yang banyak kelas menengahnya, maka preferensi populasinya akan lebih banyak ke calon yang dianggap mewakili sampel," ujarnya.

Kemudian yang terakhir, margin of error, apabila masih berada di dalam rentang tersebut maka masih bisa dalam batas wajar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI