Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Rizki Handayani menambahkan, oleh-oleh adalah bagian yang tak terpisahkan dari pariwisata. Yaitu sebagai amenitas yang melengkapi destinasi wisata. Berdasarkan survey BPS, pengeluaran rata-rata wisatawan untuk oleh-oleh mencapai 7% dari bujet yang mereka keluarkan.
“Malang Strudel sebagai pionir oleh-oleh kekinian yang diendorse (bahkan dimiliki) selebritis, tentunya memiliki posisi yang istimewa. Dalam waktu yang cukup singkat telah menjadi brand oleh-oleh yang sangat besar dan mampu mengangkat branding Kota Malang,” ungkapnya.
Dikatakan, Kemenpar menempatkan endorser sebagai bagian dari strategi media yang terdiri dari paid, owned, social media dan endorser. Endorser punya peran yang tak kalah penting, karena dalam marketing siapa yang bicara itu penting.
Sementara Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengaku mengapresiasi inovasi yang dilakukan Malang Strudel dengan menyelenggarakan Malang Strudel Carnival. Event adalah bagian dari atraksi pariwisata yang bisa menarik wisatawan berkunjung sekaligus menguatkan city branding.
“Kemenpar sangat concern dengan event-event yang terkait dengan pariwisata. Kami telah mengkurasi 100 top event di berbagai daerah yang akan kami promosikan kepada para wisatawan,” bebernya.
Menpar berharap, ke depan Malang Strudel Carnival bisa melengkapi daftar top 100 event tersebut. Khususnya event yang millenial friendly. Sebab, portofolio customer/traveller yang sedang tumbuh saat ini adalah generasi milenial. “Tahun 2019, kami targetkan bisa menggaet 10 juta wisman dari segmen milenial,” pungkasnya.