Fahmy Zulidar, sarjana hukum itu bertanggungjawab menyajikan tengkleng, gulai, dan tongseng bagi para pelanggan. Kebiasaannya sejak kecil melihat ibunya memasak, menjadikan Fahmy piawai mengolah daging dan mencampur bumbu.
"Belajar sendiri karena dari kecil sering lihat ibu masak. Tapi harus belajar lagi cara potong daging. Karena beda-beda untuk tiap masakan," kata Fahmy.
Meski begitu, Fahmy hanya butuh waktu tiga hari untuk belajar memotong daging agar sesuai porsi.
Pertahankan Ciri Khas Rasa
Pak Nong dan Fahmy sengaja diboyong ke cabang di Jakarta untuk mempertahankan cita rasa khas menu di Restoran Sate Kambing Pak H. Bejo. Hal itu juga sekaligus membantu para pelanggan di Jakarta yang rindu dengan Solo.
"Kita usahakan otentik, semirip mungkin. Tapi namanya tempat kan ada variasinya. Tapi tidak akan banyak perbedaannya. Yang paling kita jaga rasanya harus sama persis dengan di Solo," kata Martono selaku Direktur PT Beres, pengelola Sate Kambing H. Bejo cabang Jakarta.

Meski baru dibuka pada Sabtu, 8 Agustus 2020, menurut Martono, penjualan tak pernah menyisa. Menjadi bukti bahwa pelanggan sate kambing Pak H. Bejo bukan hanya tersebar di Solo.
Ia menyampaikan, sate masih menjadi menu andalan yang paling banyak dipesan. Namun lantaran pandemi Covid-19, kebanyakan orang memesan melalui aplikasi ojek online.
"Saya perhatikan orang cenderung beli online, (penjualan) meningkat karena kita sudah eksis di google map, alamat sudah jelas," katanya.
Baca Juga: Review Ragusa Es Italia Viral di Twitter, Warganet Fokus ke Cici Cerewet
Di sisi lain, lantaran letaknya di Jakarta, konsumen milenial tetap jadi incaran. Baik Martono juga Fahmy sama-sama berencana membuat Sate Kambing Pak H. Bejo ini menjadi tempat hits bagi anak-anak milenial.
"Kita akan mengarah ke sana. Kita perlu photo booth. Nanti zaman sekarang kan menu sudah paperless. Mau tidak mau sudah jadi kebutuhan masyarakat dan pasar milenial itu kan gede," ucap Martono.