Suara.com - Dalam dua hari terakhir, kasus perundungan atau bullying yang terjadi di SMA Binus School Serpong, Tangerang Selatan mencuri perhatian publik. Kasus bullying ini terungkap usai orang tua korban mengungkap kasus ini di media sosial. Diketahui, putra sulung dari Vincent Rompies terlibat dalam kasus perundungan ini.
Orang tua korban menyebut bahwa sang anak mengalami perundungan dengan dianiaya hingga disundut rokok oleh sejumlah pelaku yang salah satunya anak Vincent Rompies.
Putra sulung Vincent Rompies disebut berperan untuk mengikat korban di tembok dan memegang tangan korban dari belakang sehingga pelaku lain dengan leluasa menganiaya korban hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Hal ini sontak menghebohkan publik. Terlebih lagi, muncul isu bahwa L bersama dua orang pelaku lainnya kini sudah dikeluarkan dari sekolah. Kasus ini pun ramai diperbincangkan di publik dan banyak warganet yang mengecam aksi perundungan di sekolah internasional ini.
Lalu, apa hukuman yang mengancam para pelaku perundungan?
Pelaku perundungan di Indonesia dapat diancam dengan berbagai hukuman. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 1, pasal tersebut menjelaskan bahwa anak yang berusia di bawah 18 tahun tergolong anak yang masih dalam kandungan atau dalam kata lain masih di bawah umur.
Tak hanya itu, perlindungan anak di bawah umur juga diatur dalam UU Perlindungan Anak Pasal 76C yang berbunyi:
"Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, hingga menyuruh melakukan, atau ikut serta melakukan kekerasan terhadap anak".
Diketahui, para pelaku dan korban bullying SMA Binus School masih tergolong anak di bawah umur.
Baca Juga: Punya Kesamaan Ini, Kasus Bully SMA Binus Disebut Mario Dandy Jilid 2
Dalam UU Perlindungan Anak Pasal 80 ayat 1, dijelaskan bahwa setiap pelaku perundungan mendapat ancaman penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak sebesar Rp72 juta.