Mengenal Asal Usul Hari Tasyrik, Kenapa Tidak Diperbolehkan Berpuasa

Agung Pratnyawan Suara.Com
Selasa, 18 Juni 2024 | 14:15 WIB
Mengenal Asal Usul Hari Tasyrik, Kenapa Tidak Diperbolehkan Berpuasa
Ilustrasi berdoa.[Pexels]

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)

Pada kesempatan lain hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954)

Pada hari Tasyrik juga umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah seperti berdzikir, berdoa, serta menyembelih hewan qurban.

Perintah untuk berqurban tersebut termaktub dalam surat al-Kautsar ayat 2 berikut:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurban lah!”

Jemaah Haji Melontar Jumrah

Baca Juga: Lebih Sehat dan Ringan, 5 Resep Olahan Daging Kurban Tanpa Santan yang Wajib Dicoba

Hari Tasyrik adalah tiga hari yang berlangsung setelah Hari Raya Idul Adha dalam kalender Hijriyah, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Pada hari-hari ini, umat Islam yang menunaikan ibadah haji masih berada di Mina untuk melaksanakan salah satu rukun haji, yaitu melontar jumrah.

Jemaah haji melakukan ritual melontar batu ke tiga jumrah, yaitu Jumrah Ula, Jumrah Wusta, dan Jumrah Aqabah

Itulah penjelasan tentang asal usul hari Tasyrik hingga adanya larangan berpuasa pada waktu tersebut.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI