Kebohongan bisa menjadi tanda atasan sedang menghindari tugas-tugas penting di tempat kerja, meremehkan kekurangannya sendiri, atau mencoba mengambil keuntungan atas hal-hal yang bukan milik mereka.
6. Mengawasi pekerjaan dengan manajemen mikro
Manajemen mikro bisa menjadi metode intimidasi halus lainnya. Bos toxic sering kali memiliki masalah kontrol, seperti kesulitan memercayai timnya sendiri untuk melakukan pekerjaan secara efektif.
Akibatnya, bos bisa menciptakan lingkungan kerja toxic, di mana setiap gerakan pekerja diawasi. Hal ini, tentu saja, dapat membuat pegawai merasa cemas atau kesal, terutama ketika pekerja merasa mampu menyelesaikan tugas. Ditambah hal ini juga menghambat pekerjaan.
7. Sering bergosip
Bos toxic mungkin berbicara buruk tentang manajer atau karyawan lain. Dalam beberapa hal, atasan mungkin tampak senang menyebarkan rumor.
Atasan yang profesional dan terhormat mungkin punya pendapat, tetapi mereka menyimpan pikiran itu untuk diri sendiri. Sebaliknya, atasan toxic mungkin senang mengaduk-aduk masalah dan melihat kekacauan terjadi.
8. Mengucilkan orang
Atasan toxic sering meremehkan lingkungan kerja yang kolaboratif. Tandanya bisa terlihat saat atasan sering pilih kasih dan mengadu domba pegawai satu sama lain.
Taktik ini sering membuat pegawai fokus melampiaskan perasaan mereka pada satu sama lain, alih-alih menyadari sumber masalahnya.
9. Memberikan arahan yang tidak jelas
Atasan toxic mungkin bersikap pasif atau tidak langsung saat memberi tugas ke pegawai. Biasanya, atasan seperti ini seolah berharap pegawai membaca pikirannya.
Akibatnya, pegawai mungkin terjebak menebak-nebak apa yang atasan inginkan. Tak jarang pegawai menjadi mudah merasa cemas atau tidak kompeten.
10. Mencampuri urusan pegawai
Beberapa atasan yang toxic akan mencoba mengendalikan setiap aspek tempat kerja. Contohnya, atasan mungkin menyuruh pegawai mencoba melakukan hal-hal di luar lingkup kompetensi mereka. Pola ini dapat membuat pegawai frustrasi dan merugikan kesejahteraan perusahaan.