Suara.com - Nama Letjen (Purn) Nono Sampono menjadi sorotan di tengah polemik pagar laut di Tangerang, Banten. Perusahaan yang dia pimpin, PT Cahaya Inti Sentosa, ternyata mengantongi surat hak guna bangunan (SHGB) terhadap 20 bidang tanah di area pagar laut.
PT Cahaya Inti Sentosa adalah perusahaan yang bergerak di bidang real estate di mana Nono menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut). Perusahaan ini dimiliki oleh PT Agung Sedayu, PT Tunas Mekar, dan Pantai Indah Kapuk 2, dan beberapa orang lain.
Lalu siapa sebenarnya sosok Nono Sampono? Berikut ulasan mengenai sosok pensiunan tentara dari Korps Marinir TNI AL ini.
Masa Kecil
Nono lahir di Bangkalan, Madura, 1 Maret 1953. Masa kecil hingga remaja ia habiskan di Ambon, Maluku. Ayahnya hanyalah seorang sopir angkot yang tidak lulus SD. Sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang buta aksara.
Ketika kecil, Nono Sampono sudah bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Ia pernah berjualan ikan di pasar, menjual roti bubengka. Di hari Minggu saat libur sekolah, Nono menjadi kernet angkot membantu sang ayah.
Sedari TK hingga SMA, Nono mengenyam pendidikan di sekolah Katolik, St Fransiskus Xaverius, Ambon. Walau begitu, Nono adalah seorang muslim. Dikutip dari ANTARA, dia harus berjalan sekitar dua hingga tiga kilometer ke daerah Silale (Pantai Waehaong) untuk belajar mengaji.
Setamat SMA, Nono Sampono melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Teknik jurusan teknik perkapalan Universitas Pattimura Ambon. Namun dia hanya bertahan dua semester saja karena terkendala biaya. Nono lalu memutuskan mendaftar di Akademi Angkatan Laut (AAL).
"Saya pernah kuliah di Tekhnik Perkapalan selama dua semester, tetapi berhenti akibat orang tua tidak mampu dan teken soldadu (TNI AL)," kata Nono Sampono dikutip dari ANTARA.
Baca Juga: Kekayaan Nono Sampono, Anak Buah Aguan yang Terseret Polemik Pagar Laut
Karier Militer
Nono lulus dari AAL pada tahun 1976. Dia ditempatkan di Korps Marinir. Nono lalu bergabung ke pasukan elit Marinir, Detasemen Jalamangkara (Denjaka). Sebagai prajurit, Nono pernah menempati beberapa jabatan strategis.
Dia pernah menjadi Komandan Korps Marinir, Wadan Paspampres, Komandan Paspampres, Gubernur Akademi Angkatan Laut, Inspektur Jenderal TNI AL dan Komandan Jenderal Akademi TNI.
Nono Sampono juga pernah memegang jabatan sipil dan pemerintahan dengan menjadi Kepala Basarnas di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kariernya di militer mulai moncer tatkala berhasil mengamankan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri dari gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Ketika itu Mega yang sedang pidato didatangi ribuan orang menenteng senjata dan beratribut Bintang Kejora memasuki lapangan tempat Mega berpidato.
Seorang di antara mereka bahkan meminta diberi kesempatan berpidato di atas mimbar. Upaya pasukan TNI/Polri menghalau massa gagal karena mereka makin beringas. Nono lalu memberikan kode kepada Mega agar segera turun dari podium. Dia sudah menyiapkan skenario evakuasi.