'Si Kaya' Bully 'Si Miskin' Masih Terjadi di Sekolah, Ini Respons Dinkes Jakarta Timur

Jum'at, 08 Agustus 2025 | 11:42 WIB
'Si Kaya' Bully 'Si Miskin' Masih Terjadi di Sekolah, Ini Respons Dinkes Jakarta Timur
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dr Herwin Meifendy, MPH di Jakarta Timur (Suara.com/Dini Afrianti)

Suara.com - Perundungan atau bullying di sekolah masih menjadi momok di kalangan remaja Indonesia yang akhirnya berdampak pada kesehatan mental korban. Mirisnya, petugas masih menemukan bullying yang dilakukan ‘Si Kaya’ kepada ‘Si Miskin’ di lingkungan sekolah.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dr. Herwin Meifendy, MPH mengatakan bullying di sekolah ini menyebabkan anak stres dan mengganggu perkembangan mental hingga berisiko menyisakan trauma. Hasilnya edukasi dan sosialisasi kepada guru berusaha dilakukan pihak dr. Herwin.

“Karena yang melakukan bullying ini, kadang-kadang, orang tuanya yang kaya-kaya gitu kan, yang dibully yang nggak mampu. Nah itu salah satu cara, menurut saya ini kita edukasi. Termasuk dia yang membully ini,” ujar dr. Herwin saat konferensi pers Healthy Me Fest 2025: Aku Muda, Aku Bijak, Aku Bahagia di Jakarta Timur, Sabtu (2/8/2025).

Masih ditemukannya kasus bullying inilah yang akhirnya membuat Petugas Pemegang Program Jiwa Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Asri Hendrasari melakukan pemetaan, dan berencana membuat stratifikasi atau kriteria sekolah sehat yang salah satu poinnya memiliki pokja anti-bullying.

“Kami saat ini sedang melakukan mapping terkait dengan stratifikasi sekolah sehat. Nah, di situ banyak sekali strata yang harus atau penilaian-penilaian harus dipenuhi oleh sekolah. Salah satunya adalah sekolah harus mempunyai pokja (kelompok kerja) anti-bullying,” ungkap Asri.

Healthy Me Fest 2025: Aku Muda, Aku Bijak, Aku Bahagia di Jakarta Timur, Sabtu (2/8/2025). (Suara.com/Dini Afrianti)
Healthy Me Fest 2025: Aku Muda, Aku Bijak, Aku Bahagia di Jakarta Timur, Sabtu (2/8/2025). (Suara.com/Dini Afrianti)

Pokja anti-bullying di sekolah sehat ini adalah pelajar yang bertugas di UKS. Mereka nantinya akan mendapat pembinaan dari petugas Puskesmas terkait kasus perundungan yang terjadi. Bahkan kata Asri, tak jarang pokja ini bertugas sebagai ‘mata-mata’ keseharian temannya di sekolah.

“Nah, mereka ini nanti tugasnya harus menjadi mata-mata ya, mata-mata untuk teman sebayanya. Kira-kira adakah kasus bullying yang diam-diam tanpa pengetahuan yang dilakukan oleh teman sebayanya,” ungkap Asri.

Selanjutnya setelah mereka menemukan kasus, pokja anti-bullying di UKS bakal melaporkan kepada guru secara diam-diam. Apalagi sekolah tingkat SMP hingga SMA umumnya sudah memiliki kelompok pertemanan atau bahkan organisasi tersembunyi.

“Baik itu kita bilang ‘positif’ atau ‘negatif’, tapi akhirnya biasanya kebanyakannya yang kita informasikan, yang kita dapatkan itu adalah yang (kegiatan) positif, negatif,” kata Asri.

Baca Juga: Dampak Kebijakan Rombel Dedi Mulyadi: Merugikan Sekolah Swasta, Kini Berujung di PTUN

Menyadari perilaku negatif bullying di sekolah berdampak pada kesehatan mental generasi penerus, maka semakin mengingatkan pentingnya edukasi dan workshop seputar kesehatan mental terkait dengan aktivitas digital seperti di media sosial.

Apalagi hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2024, menunjukkan lebih dari 79,5 persen populasi Indonesia kini telah terhubung dengan internet. Di sisi lain, Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna aktif TikTok tertinggi di dunia, dengan lebih dari 157 juta pengguna per Juli 2024.

Selain itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 juga menunjukkan bahwa 29% remaja usia 10 hingga 19 tahun di Indonesia mengalami gejala gangguan kesehatan mental.

Fenomena ini menandakan perlunya perhatian lebih terhadap dampak psikologis dari kehidupan digital, serta pentingnya membekali generasi muda dengan ketahanan mental yang kuat.

“Kami percaya bahwa investasi terbaik adalah pada generasi muda. Melalui Healthy Me Fest 2025, kami ingin berkontribusi menciptakan ruang edukatif dan suportif, agar anak muda Indonesia memiliki daya tahan mental yang kuat di tengah derasnya arus digital," ungkap Presiden Direktur PT Volvo Indonesia, Cahyo Harbianto.

Festival yang juga didukung PT Indomobil Edukasi Utama ini dimulai dari SMKN 26 Jakarta dan akan berlanjut ke kota-kota besar lain sepanjang Agustus–September 2025. Program ini menggabungkan seminar interaktif, sesi berbagi pengalaman nyata (lived experience) bersama penyintas, hingga diskusi bersama psikolog dari Sehat Jiwa. Dalam setiap kota, ditargetkan lebih dari 350 peserta dari kalangan pelajar, guru, mahasiswa, dan komunitas lokal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI