Suara.com - Sebuah gestur penghormatan yang dilakukan oleh politisi Dedi Mulyadi di hadapan kereta kencana Nyi Roro Kidul dalam perayaan HUT RI ke-80 sontak menjadi buah bibir.
Momen tersebut viral di media sosial, memicu perdebatan sengit yang menempatkan ekspresi budaya berhadapan langsung dengan tuduhan penistaan agama.
Sebuah video yang beredar luas di platform media sosial X atau Twitter menjadi pemicu utama kontroversi ini.
Perayaan yang seharusnya berjalan khidmat berubah menjadi polemik nasional saat Dedi Mulyadi terekam melakukan gestur yang dianggap tak biasa
Dalam video yang dibagikan oleh akun X @ukhty_onya, terlihat Dedi Mulyadi yang mengenakan pakaian dinas serba putih, berlutut di atas karpet merah.
Posisinya tepat berada di hadapan sebuah kereta kencana berwarna putih yang telah dihias dengan aneka bunga.
Sembari berlutut, ia memberikan gestur hormat dengan kedua tangan disatukan di depan dada dan kepala yang menunduk.
Beberapa orang lain di sekitarnya juga tampak melakukan hal serupa, mengiringi momen yang terasa sakral tersebut. Aksi ini terjadi sebelum prosesi kirab dimulai, menjadikannya pusat perhatian.
Tak butuh waktu lama, video tersebut langsung mengundang gelombang reaksi, mayoritas bernada negatif. Seorang pria dalam salah satu unggahan video balasan menyebut bahwa ritual yang dilakukan Dedi Mulyadi dilarang dalam ajaran Islam.
Baca Juga: 7 Fakta Drama Ridwan Kamil: DNA Negatif, Tapi Misteri Uang Bulanan Muncul
"Dalam konteks agama kita Islam ritual-ritual yang dilakukan oleh kang Dedi Mulyadi adalah ritual yang dangan dilarang di dalam agama kita Islam," ucap pria itu.
"Sangat bertentangan sekali dengan akidah agama kita," lanjutnya.
Pria tersebut secara tegas menyebut tindakan itu sebagai perbuatan syirik akbar, atau dosa terbesar dalam Islam karena menyekutukan Tuhan.
"Apalagi acara penyembahan kepada kereta kencananya Nyi Roro Kidul, apalagi menyembah Nyi Roro Kidul ini adalah kesyirikan, syirik akbar," ungkapnya.
Ia juga menambahkan argumennya dengan menyatakan bahwa tidak semua warisan budaya harus dilestarikan jika bertentangan dengan ajaran agama.
"Meskipun ini adalah kebudayaan yang diwariskan oleh leluhur kita tidak semua budaya ataupun kebudayaan harus dilestarikan karena di dalam ajaran agama Islam dan salah satu tujuan Islam diturunkan adalah mengubah kebiasaan adat istiadat yang tidak sesuai dengan inti ajaran agama kita," pungkas pria tersebut.