- Kulminasi matahari bikin radiasi maksimal sehingga cuaca terasa lebih panas.
- Fenomena ini jadi penanda masuknya pancaroba dan peralihan musim hujan.
- Cuaca ekstrem saat pancaroba berpotensi memicu banjir, longsor, dan puting beliung.
Suara.com - Belakangan ini banyak orang mengeluh cuaca terasa lebih panas dari biasanya, terutama pada siang hari. Ternyata, hal ini ada kaitannya dengan fenomena kulminasi matahari yang sedang berlangsung di Indonesia.
Fenomena ini bukan hal baru, melainkan siklus tahunan yang selalu terjadi ketika matahari tepat berada di atas kepala.
Lalu, apa itu kulminasi matahari dan bagaimana dampaknya bagi kita?
Apa Itu Kulminasi Matahari?
Kulminasi matahari adalah fenomena astronomi ketika posisi matahari berada di titik tertinggi di langit, tepat di atas kepala pengamat atau berada di titik zenith.
Di Indonesia, fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun karena wilayah kita berada di sekitar garis khatulistiwa.
Mengutip akun Georitmus, pada tahun ini, kulminasi matahari dimulai dari wilayah utara Indonesia sejak 9 September dan akan berakhir di bagian selatan pada 18 Oktober mendatang.
Artinya, dalam 7 hari ke depan sebagian wilayah Indonesia akan mulai merasakan dampak puncak kulminasi ini.
Dampak Kulminasi Matahari di Indonesia
Baca Juga: Cuaca Panas Ekstrem Bikin Mudah Emosi? Peneliti MIT Ungkap Temuannya
Fenomena kulminasi matahari membawa sejumlah dampak nyata, terutama terkait suhu udara dan cuaca harian:
1. Radiasi Matahari Maksimal
Sinar matahari akan jatuh tegak lurus ke permukaan bumi. Akibatnya, intensitas radiasi matahari mencapai titik maksimum, membuat cuaca siang terasa lebih terik dari biasanya.
2. Suhu Udara Siang Meningkat
Pada periode September–Oktober, suhu udara di banyak wilayah Indonesia cenderung lebih tinggi.
Setelah melewati titik zenith di khatulistiwa, matahari akan bergeser ke belahan bumi selatan dan menghangatkan kawasan Samudera Hindia. Puncak peningkatan suhu rata-rata biasanya terjadi pada Oktober–November.