Suara.com - Park Ji Yoon sebenarnya tidak mau mengikuti perjalanan wisata sekolah ke Jeju, pulau yang terkenal akan keindahan alamnya di Korea Selatan. Dia benci naik feri.
Saat dia menelepon neneknya, 12 jam setelah feri yang ditumpanginya bersama lebih dari 300 rekan sekelasnya berlayar dari Incheon, suara gadis itu bergetar.
"Nenek, saya akan mati. Kapal ini akan tenggelam dan saya sedang berpegangan pada pagar." Sambungan telepon itu langsung terputus. Ji Yoon adalah salah satu penumpang feri Sewol yang tenggelam pada 16 April kemarin.
Kim Ok Young, yang kini sudah berusia 74 tahun, sebenarnya sudah menelpon Ji Yoon, 90 menit sebelumnya. Ketika itu Ji Yoon mengatakan bahwa feri yang ditumpanginya belum tiba di Jeju.
Kim sekali lagi menelepon Ji Yoon saat sedang menuju sekolah menengah Danwon di Ansan, Seoul, tempat cucu yang dibesarkannya dari kecil bersekolah. Dia ke sana untuk meminta penjelasan dari sekolah.
Tetapi dalam telepon yang rupanya menjadi perbincangan terakhir keduanya, Ji Yoon hanya berkata, "Saya harus pergi." Pada pukul 10.09 pagi, Ji Yoon mengirim pesan pendek, yang hanya berisikan satu huruf aksara korea. Itupun tidak ada artinya.
Takut naik feri
Tidak lama kemudian daftar nama pelajar di tempelkan di sebuah papan tulis besar di sekolah itu. Nama-nama siswa dan siswi yang selamat ditegaskan dengan spidol merah. Tetapi tidak ada spidol merah untuk nama Ji Yoon.
"Dua hari sebelum berangkat, dia bilang kepada saya bahwa dia tidak ingin pergi karena dia tidak mau naik feri," kenang Kim.
"Kami mengatakan kepadanya bahwa dia akan menyesal jika tidak pergi. Kini kami yang menyesal. Kami seharusnya tidak memaksanya pergi," sesal Kim, yang merawat Ji Yoon sejak kecil karena kedua orang tua gadis itu harus bekerja.
Dari 462 penumpang di feri nahas itu, 280 masih hilang, dan enam orang dinyatakan tewas. Menurut laporan media lokal, feri itu menabrak karang saat melaju di tengah kabut.
Sementara itu menurut pihak sekolah, dari 325 siswa dan 14 guru yang ikut serta dalam perjalanan itu, sekitar 80 orang yang sudah ditemukan sampai petang kemarin.
Di lantai empat sekolah itu, keluarga dan rekan para penumpang feri itu berkumpul untuk menunggu informasi. Beberapa di antara mereka tidak tahan untuk menunjukkan kemarahan kepada sekolah dan pemerintah, karena kabar yang diterima masih simpang siur.
Beberapa orang tua rela naik feri selama enam jam untuk pergi ke Jindo, kota terdekat dengan lokasi tenggelamnya feri itu. Park Yong Woo (48), paman dari salah satu korban, mengatakan keponakannya, Kim Soo Bin, ada dalam daftar korban selamat, tetapi orang tuanya di Jindo hingga sekarang belum menemukan anak mereka.
"Kami tidak bisa mempercayai daftar dan pernyataan dari sekolah dan pemerintah, sampai kami melihat mereka secara langsung. Satu departemen mengeluarkan daftar nama yang berbeda dengan departemen lain. Orang tua Soo Bin menangis ketika berbicara di telepon, karena mereka tidak menemukan dia di Jindo," cerita Yong Woo.