Kisah Remaja Putri yang Nyaris Dijadikan "Hadiah" Untuk Serdadu ISIS

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 06 September 2014 | 17:03 WIB
Kisah Remaja Putri yang Nyaris Dijadikan "Hadiah" Untuk Serdadu ISIS
Para pejuang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berpawai di kota Tel Abyad, Suriah, (2/1). (Reuters/Yaser Al-Khodor)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Adeba Shaker, remaja putri etnis Yazidi yang lolos dari cengkeraman militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menceritakan pengalaman mengerikannya saat diculik. Berkat bantuan seorang tetangga rumah tempatnya disekap, dirinya berhasil melarikan diri.

Shaker, remaja berusia 14 tahun itu ditangkap dari desanya di Sinjar, Irak dan dibawa ke Raabia, sebuah desa di dekat perbatasan Suriah. Oleh ISIS, Shaker akan dijadikan "hadiah" bagi para pejuang yang berperang di garis depan. Shaker akan dipaksa untuk menikahi salah satu dari para pejuang tersebut.

Ketika sedang berada di dalam rumah tempatnya disekap, salah satu militan yang menjaganya menerima panggilan telepon. Lalu, dengan tergesa-gesa, para militan mengambil senjata mereka dan pergi.

Shaker dan seorang gadis lainnya ditinggal sendiri ketakutan di tempat tersebut. Kesempatan itu tak disia-siakannya. Ia lalu melihat sebuah tas penuh berisi ponsel dan mengambil salah satunya. Dengan ponsel tersebut, Shaker menghubungi seorang kakaknya.

Kakaknya, Samir, menyuruhnya pergi ke rumah terdekat dan minta ditunjukkan arah ke perbatasan tempat berkumpulnya para tentara Partai Buruh Kurdistan (PKK) yang memerangi ISIS. Samir mengatakan, para tentara PKK akan menolong mereka.

Sempat ragu, Shaker akhirnya nekat kabur. Secepat mungkin, Shaker dan rekannya berlari tanpa menoleh ke belakang.

"Saya tidak bisa berjalan lurus, kaki saya gemetar dan jantung saya berdegup kencang. Kami lari dan berjalan dan kami tidak pernah menoleh ke belakang," kata Shaker mengenang pengalamannya.

Setelah dua jam menyusuri rute yang ditunjukkan, Shaker bertemu dengan para pejuang PKK yang langsung membantu mereka.

"Saya menangis sekaligus tertawa secara bersamaan," katanya. "Kami bebas," lanjut Shaker.

Shaker hanyalah saru dari 73 perempuan dan anak-anak etnis Yazidi yang diculik dari desa mereka dan dipindahkan ke tempat lain di Irak bagian utara.

Sebagaimana dilansir Reuters, perempuan muda dan remaja putri adalah yang paling bernasib buruk di antara mereka yang diculik. Shaker termasuk beruntung lantaran akan dinikahkan dengan para pejuang, meski dengan paksaan. Kabarnya, beberapa gadis perawan diperkosa oleh komandan, yang katanya paling berhak atas kegadisan mereka. Setelah itu, barulah si perempuan diberikan secara bergilir kepada para anak buahnya.

Tak sampai di situ. Menurut beberapa laporan, mereka juga lalu dilelang dengan harga semurah 10 Dolar. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI