Suara.com - Tokoh Papua Frans Alberth Yoku mengimbau kepada segenap masyarakat di wilayah itu untuk tidak terpengaruh dengan isu merdeka yang digaungkan oleh kelompok tertentu di luar negeri.
"Ada baiknya kita sebagai warga negara yang baik dan bijak untuk lebih berpikir jauh ke depan. Persiapkan diri dengan berbagai keterampilan dan keahlian, isi kemerdekaan yang dicapai 70 tahun lalu oleh pendiri dan pendahulu negara Indonesia untuk hadapi era globlisasi," kata Frans Alberth Yoku di Kota Jayapura, Papua, Sabtu, menanggapi sejumlah isu negatif tentang daerah itu.
Menurut dia, warga yang ada di Papua tidak perlu terpengaruh dengan isu yang dilancarkan oleh pihak tertentu di luar negeri guna mendorong Papua memisahkan diri dari NKRI yang secara nyata telah diakui oleh dunia.
"Saya mau katakan begini, ada dua fenomena atau dua hal yang perlu dipisahkan, terkait isu (merdeka) tersebut. Satu, merdeka dengan mendirikan negara sendiri di luar NKRI, itu beda dengan merdeka dalam arti mendapatkan kebebasan keadilan keamanan dan kesejahteraan," kata mantan tokoh Papua merdeka itu.
Hal kedua, kata Frans yang juga ketua Badan Otorita Adat Sentani (BOAS), adalah merdeka yang hakiki yang telah digapai 70 tahun lalu, sehingga sebagai rakyat Indonesia masa kini perlu membekali diri dengan berbagai pengetahuan agar bisa menikmati dan mengisi kemerdekaan yang telah dicapai itu.
"Kami perlu kemerdekaan itu dalam konteks NKRI dengan membekali diri, supaya kami bisa nikmati kemerdekaan politik yang dicetuskan 70 tahun lalu. Tapi kalau merdeka dalam arti memisahkan diri, saya dulu pernah bergerak di arah itu juga tapi setelah itu saya menyadari bahwa dunia berubah dengan pesatnya, era globalisasi yang sudah ada di tengah-tengah kita, kita sudah hadir di tengah proses itu," katanya.
Pemisahan diri dan pembentukan negara bukanlah zamannya lagi, kata dia, tapi kalau pascaperang dunia kedua lalu itu (merdeka) adalah topik yang hangat dan diperjuangkam oleh sejumlah negara yang ingin bebas dari para penjajah atau penguasa saat itu.
"Kalau pada PD II, itu (merdeka) topik utama, Indonesia, India, Filipina, negara di Afrika, Asia Pasific dan negara-negara di Amerika Selatan merdeka pisahkan diri dari penguasa-penguasa atau penjajahan saat itu," katanya.
Tetapi dunia sekarang, lanjut Yoku, tidak mau pikirkan itu (merdeka membentuk suatu negara), karena pada era globalisasi sekarang semua pihak dunia berbicara bagaimana memerangi HIV/AIDS, bagaimana mendamaikan krisis di Timur Tengah dan krisis Ukraina.
Lalu, memikirkan solusi menghadapi pengangguran, kemiskinan, kelaparan, dan bagaimana menghadapi pemanasan global.
"Ini topik-topik yang sering muncul dalam pembicaraan di G-20, G-8 dan atau di PBB serta suara internasional pada umumnya. Sehingga, kami orang Papua yang berjuang untuk merdeka dalam arti yang kedua tadi, yakni merdeka yang hakiki dengan mengisi pembangunan itu yang perlu dilakukan," katanya.
Untuk itu, Yoku mengimbau kepada semua komponen yang berjuang untuk kebaikan Papua, yang menuntut merdeka di luar Indonesia, agar lebih memikirkan generasi Papua ke depannya lebih baik dari yang ada saat ini.
"Karena saya yang dulunya menuntut merdeka (memisahkan diri) mendapat semua nilai-nilai itu di dalam Indonesia untuk menyadari bahwa ke depannya kami harus satukan pikiran dan dalam proses globalisasi seperti yang saya katakan tadi tidak ada jalan lain kecuali kami memperkuat diri sebagai daerah pemerintahan sendiri, daerah yang otonom di dalam bingkai NKRI," katanya. (Antara)