Suara.com - Momentum pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jakarta biasanya mendatangkan rezeki lebih buat pengusaha atribut kampanye. Namun, untuk pilkada 2017, di awal masa kampanye, belum banyak untung yang didapat sebagian pengusaha di pusat grosir Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Pengusaha bernama Abdul Rahim (40) yang berdagang di Blok I mengatakan pemesanan atribut kampanye baru sebatas contoh.
"Untuk saat ini belum ada pemesanan, baru bikin sample aja, di DKI belum sama sekali," ujarnya kepada Suara.com, Selasa, (1/11/2016).
Pada pilkada sebelum-sebelumnya, Abdul mengaku jumlah pemesanan dari tim sukses calon gubernur bisa mencapai dua ribu buah kaos.
Abdul mengungkapkan biasanya dia untung besar setiap datang pilkada.
"Keuntungan per item (kaos) minimal kita ambil untung seribu rupiah, dengan kelipatan dua ribu kaos bisa untung dua juta (rupiah)," tutur dia.
Abdul mengatakan sampai hari ini peserta pilkada yang pesan contoh kaos baru dari tim pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Yang sudah pesan (sample kaos) nomor satu (Agus-Sylvi) sama nomor dua (Ahok-Djarot)," tambah dia.
Pengusaha bernama Nedi Setiadi (44) mengungkapkan munculnya ketentuan baru KPU yang mengatur dana kampanye bagi para kandidat turut mempengaruhi pesanan. Pesanan menjelang pilkada 2017, jauh berbeda dengan pilkada 2012.
"Kalau kita merunduk ke periode yang lama (2012) atribut itu didanai oleh partai dan calon, kalau sekarang kan ada undang undang yang mengatakan atribut didanai KPU lewat APBD, imbasnya ke kami pemesanan tidak sebanyak dulu, ada yang pesan cuma tidak banyak," kata dia.
Nedi mengakui jika sedang untung, pendapatan selama satu pilkada bisa mendanai operasional toko selama setahun.
Ternyata, Nedi juga sentimen terhadap Ahok. Nedi mengaku tidak akan mau menerima pesanan atribut dari tim sukses Ahok.
"Untuk pemesanan dari cagub belum ada, cuma ada dari partai yang tidak usah saya sebutin, tapi untuk cagub DKI nomor dua (Ahok-Djarot) saya nggak mau bikin, saya nggak terima, Untuk saat ini iya (melayani pemesanan nomor satu dan tiga), saya nggak suka saja sama orangnya (Ahok) terlalu banyak kasus," kata dia.
Ketika ditanya suka dukanya menjadi pengusaha atribut, Nedi mengaku belum pernah menjumpai pengalaman duka.
"Belum pernah menjumpai dukanya, sukanya aja terus, jadi istilahnya kita menerima pekerjaan itu istilahnya tidak serakah, tapi ada juga calon kepala daerah yang memesan cuma karena satu dan lain hal, dia tidak menebus barangnya, mungkin karena kondisi keuangan yang menipis, atau dia kalah," kata dia.