Kisah Gamelan Soeharto dan Jangan Lupa Senyum di Istana Negara

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 07 November 2017 | 10:35 WIB
Kisah Gamelan Soeharto dan Jangan Lupa Senyum di Istana Negara
Istana Negara ketika masih bernama Paleis te Rijswijk tahun 1925. [Collectie Tropen Museum/Wikipedia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Karenanya, tahun 1869, Gubernur Jenderal Pieter Mijer mengajukan permohonan untuk membangun "hotel" baru di belakang yang pada saat ini dikenal dengan nama "Istana Merdeka". Sementara bangunan lama yang menghadap ke Jalan Rijswijk akhirnya diperluas.

Bila masuk lewat pintu depan Istana Negara, ada ruang depan yang punya tiga lampu kandelabra besar dan sepasang cermin antik yang tingginya hampir mencapai tiga meter. Total ada 22 lampu kandelabra di Istana Negara.

Pintu depan itu memang hanya dibuka saat momen-momen khusus, misalnya "open house" Idul Fitri, 1 Syawal 1438 H yang bersamaan dengan 25 Juni 2017.

Pejabat dan masyarakat yang ingin bersilaturahmi dengan Presiden Joko Widodo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Kalla masuk lewat pintu itu dan mengantri di sepanjang ruang depan hingga ke ruang perjamuan.

Istana Negara memang pada dasarnya terdiri dari dua balairung besar, yaitu ruang upacara dan ruang jamuan. Ruang upacara adalah tempat penyelenggaraan upacara-upacara resmi kenegaraan.

Pada masa Hindia Belanda, ruang upacara dipakai sebagai "ballroom" untuk pesta-pesta yang disemarakkan dengan acara dansa.

Pada masa penguasa Orde Baru, Soeharto, persisnya saat peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Istana Negara juga dipakai untuk acara jamuan makan Presiden dan para veteran.

Tidak heran saat Soeharto berkuasa, ruang upacara tersedia dua perangkat gamelan: Jawa dan Bali, masing-masing ditempatkan di timur dan di barat dari podium yang berada di sisi selatan Ruang Upacara.

Tapi saat masa Presiden Joko Widodo, gamelan itu belum pernah dimainkan lagi.

Baca Juga: Anies Akui 'Rumah Berlapis' Tak Jauh Beda dengan Rusun Era Ahok

Menurut Kepala Biro Pengelolaan Istana MF Darmastuti, gamelannya disimpan di Istana Yogyakarta bersama dengan satu set wayangnya.

"Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk menampilkan istana sebagai 'The Ultimate Show Case of Indonesia'. Karena Indonesia tidak hanya Jawa atau Bali, jadi pengelola istana mencoba mempadu-padankan semua ornamen-ornamen dari seluruh Indonesia dalam ruangan istana," kata Darmastuti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI