Kamis (14/6), sesaat sebelum timnas Saudi berlaga melawan Rusia, perempuan-perempuan Saudi membentuk kelompok-kelompok kecil memasuki stadion Luzhniki.
"Ini adalah langkah besar di negara kami," Hajar Al-Murais, perempuan Saudi berusia 28 tahun yang berprofesi sebagai dokter mata.
Hajar menuturkan sengaja ke Rusia untuk menyaksikan timnasnya berlaga. Ia menuturkan, sejak dulu penggemar sepak bola dan klub FC Barcelona.
”Aku biasanya hanya bisa menonton dari televisi, di rumah. Tapi kini, aku sangat senang karena bisa menonton langsung di stadion,” tuturnya.
Hajar bertambah senang karena merasa bisa membaur dengan fans negara lain, karena tak lagi diharuskan memakai abaya (penutup kepala) hitam dan jubah panjang.
Maret 2018, Pangeran Mohammed membolehkan perempuan Saudi tak memakai abaya maupun jubah panjang ketika di luar negeri selama pakaian mereka ”layak dan terhormat”.
Sementara untuk di dalam negeri, perempuan Saudi tetap diharuskan memakai abaya dan jubah. Mereka juga tetap diwajibkan mendapat izin wali laki-laki untuk keputusan dasar seperti pernikahan atau melakukan perjalanan.
Tetapi seperti banyak perempuan Saudi yang bepergian ke luar negeri, mereka yang di Moskow kebanyakan mengenakan jins, dan kacamata hitam. Beberapa di antaranya bahkan membubuhkan gambar bendera mereka di pipi.
"Beberapa orang ... mereka tidak ingin melihat Arab Saudi menjadi negeri yang terbuka," kata Mona Abdallah, seorang guru TK berusia 54 tahun dari Riyadh yang melakukan perjalanan ke Rusia bersama suami dan dua anaknya.
Baca Juga: Bukan Tim Besar, Ini Negara Pilihan Wakapolri di Piala Dunia 2018
"Tapi akhirnya, kami akan terbiasa dengan hal ini. Karena semua keleluasaan ini sudah terjadi. Kami tinggal membiasakan diri,” timpal Mounira Al-Naimi, perempuan Saudi 24 tahun yang juga ke Rusia untuk PD 2018.