Fokus Sejahterakan Petani, Mari Akhiri Polemik Data Beras

Rabu, 31 Oktober 2018 | 09:04 WIB
Fokus Sejahterakan Petani, Mari Akhiri Polemik Data Beras
Ilustrasi beras. (Dok: Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Data BPS menyebutkan, tahun 2014, nilai NTUP (Pertanian Sempit tanpa Perikanan) hanya sebesar 106,05, namun pada 2015 dan 2016, berturut-turut meningkat menjadi 107,44 dan 109,83. Nilai NTUP pada tahun 2017 juga kembali membaik menjadi 110,03.

Besarnya perhatian pemerintah terhadap regenerasi petani dituangkan dalam kebijakan anggaran yang difokuskan untuk bantuan sarana dan prasarana pertanian, yang dapat digunakan petani untuk berproduksi. Selama hampir empat tahun kepemimpinan Andi Amran Sulaiman di Kementan, anggaran operasional untuk biaya seminar, perbaikan kantor, hingga biaya membeli kendaraan dipangkas dari yang awalnya sebesar 48 persen, saat ini menjadi tinggal 8 persen. Sekitar 85 persen anggaran tahun 2018 digunakan untuk sarana dan prasarana pertanian.

Berdasarkan Surat Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan RI, pagu anggaran Kementan Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp 21,7 triliun. Adapun alokasi anggaran terbesar diberikan untuk Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sebesar Rp 6 triliun. Selanjutnya, Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian di Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian, yaitu sebesar Rp 5,1 triliun.

Kami mensyukuri bahwa selama empat tahun ini, kebijakan yang dijalankan Kementan telah membawa sektor pertanian Indonesia ke arah yang lebih baik. Ini terlihat dari ekspor komoditas pertanian yang semakin meningkat, yaitu nilai ekspor pertanian 2017 meningkat 24 persen dibanding tahun sebelumnya, dan angka impor yang menurun di beberapa komoditas pertanian stretagis.

Pada 2017, peningkatan produksi sejumlah komoditas strategis sudah berkembang menjadi prestasi ekspor. Indonesia telah berhasil ekspor beras khusus 3.456 ton, bawang merah 7.623 ton, dan jagung 1.879 ton ke beberapa negara.

Pada tahun 2018, prestasi ini kembali berulang. Berdasarkan data ekspor sementara hingga Agustus, tercatat ekspor beras konsumsi sudah mencapai 3.081 ton, meningkat 117,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara bawang merah 3.038 ton, meningkat 70,53 persen.

Ekspor jagung segar bahkan mencatat pertumbuhan ekspor yang fantastis, yaitu meningkat 21.476 persen persen dari periode januari - agustus 2017, yang hanya 1.241 ton menjadi 267.859 ton pada periode sama tahun ini. Kami harap, pakhir tahun nanti, catatan ini bisa jauh lebih baik.

Keberhasilan kita mengekspor sejumlah komoditas strategis, tentunya menumbuhkan harapan bahwa Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia. Kementan telah menetapkan visi bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

Bagi sejumlah pihak, target ini mustahil dicapai, tapi kami meyakini, dengan kerja keras dan optimisme dari semua kelompok masyarakat, Indonesia tidak hanya akan mandiri pangan, tapi menjadi negara yang menjadi lumbung pangan bagi negara-negara lainnya.  Berbagai terobosan dan capaian di sektor pertanian selama empat tahun ini, membuktikan bahwa posisi Kementan dari awal hingga saat ini, jelas berada di sisi petani, berjuang dan memfasilitasi petani agar terus bergairah untuk menanam dan berproduksi.

Baca Juga: Kementan Manfaatkan Varietas Lokal Demi Lumbung Pangan Dunia 2045

Kami mengimbau seluruh pihak untuk mengakhiri polemik data beras ini dan meletakan kepentingan petani di atas segalanya. (Syukur Iwantoro)

*Penulis adalah Sekjen Kementerian Pertanian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI