Geliat Waria Bertahan Hidup di Batam, Sulit Dapat Kerja Terpaksa Jadi PSK

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 01 Desember 2018 | 16:00 WIB
Geliat Waria Bertahan Hidup di Batam, Sulit Dapat Kerja Terpaksa Jadi PSK
Ilustrasi waria
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lila masih menyimpan mimpi. Ia ingin sekali berhenti dari pekerjaan tersebut. Ia bercita-cita untuk membuka salon sendiri.

Tetapi ia merasa mimpinya itu ketinggian, karena pendapatannya dari melayani tamu  tak menentu dan hanya cukup untuk bertahan hidup.

Sama seperti Lila, transpuan lain yang mengaku bernama Putri, juga terlihat nongkrong . Ia mengatakan  terpaksa bekerja seperti ini. Setiap malam keluar kos untuk “mangkal” di tempat-tempat gelap.

Malam itu, Putri mengenakan gaun merah ketat dipadukan stoking cokelat, tak lupa ia melengkapi penampilannya dengan wig berwana hitam.

Beberapa waktu lalu, ia terjaring razia Satuan Polisi Pamong Praja dan rambutnya dibabat habis. Karena itulah ia menutup kepalanya dengan wig.

Sebelum terjun di dunia prostitusi, ia pernah bekerja membantu menjaga minimarket.  Pihak minimarket tersebut memperbolehkan Putri bekerja di sana, tetapi mereka memberikan syarat kepada agar tidak berpenampilan layaknya perempuan.

Putri menyanggupinya dan bekerja hampir setahun, tetapi kemudian ia dipecat karena banyak yang merasa risih terhadap keberadaannya. Ia mengakui gerak tubuh dan cara bicaranya tidak bisa sepenuhnya seperti laki-laki.

“Akhirnya saya dipecat,” ujar Putri, 26 tahun.

Ia bercerita saat kali pertama terjun di dunia prostitusi, melayani kencan saat ia masih berumur 21 tahun. Saat itu ia  mematok harga Rp 100 ribu sekali kencan, tetapi sekarang  tarifnya turun, hanya Rp 50 ribu untuk sekali kencan.

Baca Juga: Duh, Alexa Bisa Prediksi Kapan Pasangan Putus Lho!

Lima tahun lalu, pesaingnya belum banyak seperti sekarang, sehingga ia memutuskan untuk mengurangi tarif kencannya. Kondisi yang tak menentukan ini, membuat Putri pesimistis.

Ia berharap bisa lolos dari pekerjaan tersebut. Setahun terakhir ini, ia sedang menabung untuk modal membuka usaha kecil-kecilan. Ia bermimpi dapat membuka kedai sendiri.

Selain Lila dan Putri, masih ada banyak waria lain yang sebagian besar memilih pekerjaan tersebut. Putri yang juga sebagai anggota komunitas waria Batam.

Setahu dia, tak kurang ada 185 anggota dalam komunitas ini. Sebagian anggota memilih  bekerja di salon ataupun bekerja di klub malam. Tetapi saat ini, anggotanya jarang kumpul, sehingga sulit untuk mengetahui jumlah angota komunitas mereka.

“Ketua kami juga sudah hilang kontak,” ujarnya.

Sulitnya para waria mendapatkan pekerjaan diakui oleh Pemerintah Kota Batam. Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan peluang kerja bagi transpuan di sektor formal, tertutup untuk mereka. Menurutnya negara hanya mengakui dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI