Mas Prastowo yang bijak... Saya sendiri tidak terlalu risau dengan tulisan dalam buku itu, karena apapun yang saya lakukan semasa menjadi Menteri ESDM selalu saya diskusikan dengan orang sekeliling, terutama untuk meyakinkan landasan MORAL dalam setiap kebijakan. Dan dalam urusan surat ini, saya merasa moral ground-nya cukup kuat.
Tapi para sahabat meminta saya menjelaskan duduk soal surat itu, kronologis terbitnya surat; semata mata menghindari fitnah. Maka dengan niat baik itulah saya ceritakan kronologis terbitnya surat itu.
Proses yang normal saja, seperti saya jelaskan dalam wawancara Majalah Tambang di tahun 2015. Presiden memutuskan, Menteri dipanggil untuk menindaklanjuti keputusan itu.
Yang memicu reaksi berkibar-kibar adalah detail kronologis terutama pada saat saya menjelang masuk ke ruang kerja Bapak Presiden. Untuk tidak menimbulkan penafsiran yang salah saya jelaskan bahwa sebelum masuk ke ruangan, ada yang memberi tahu saya: “Pak Menteri, pertemuan ini tidak ada”.
Saya juga jelaskan, bila surat itu dianggap melampaui kewenangan dan melemahkan posisi pemerintah, saya ingin membuat semua clear: “yang memerintahkan membuat surat itu Pak Presiden”, itu saja.
Saya ndak ngerti, di mana bohongnya, di mana menjilatnya? Apa karena saya tidak secerdas Panjenengan, sehingga gagal paham? Pisss Mas.
Di forum kemarin, saya tidak pernah menyebutkan itu sebagai pertemuan rahasia. Karena, bagi saya itu pertemuan biasa saja.
Bila Panjenengan masygul atau risau, kok pertemuan seperti itu dibuka ke publik, wajar sih. Yang harus dimarahi dan dipojokkan jangan proses membukanya. Yang harus Panjenengan kejar adalah: “kok bisa-bisanya pertemuan seperti itu terjadi”
Kalau yang gatel kepala, mbok ya jangan punggung yang digaruk. Mengggaruk punggung, di samping susah, juga tidak menyelesaikan masalah.
Baca Juga: Beda Cerita Sudirman Said soal Pertemuan Rahasia Jokowi - Bos Freeport
Ini saja penjelasan saya: pertemuan itu ada, dan demikianlah adanya. Insya Allah saya tidak berubah, masih sama seperti yang dulu. Mau yang wajar-wajar saja. Mau jujur apa adanya. Seperti lagunya iwan Fals bersama Sawung jabo berikut ini:
Mari menyanyi Mas Pras...
HIOOOO……!!!!!
Aku tak mau terlibat urusan tipu
Menipu...
Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi..
Aku mau wajar-wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur-jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik-baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani