Arak-arakan mereka digelar hanya selemparan batu dari jantung keuangan yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit megah, yang menjadi kantor perusahaan-perusahaan besar termasuk HSBC.
HSBC, Standar Chartered dan perusahaan akunting Big Four sepakat untuk melonggarkan pengaturan kerja para pegawainya pada Rabu, menurut laporan media Hong Kong.
Pemogokan dan pelambatan transportasi juga diumumkan pada Rabu saat para pengusaha, pelajar, sopir bus, pekerja sosial, guru dan kelompok-kelompok lain berjanji untuk mengikuti aksi protes sebagai upaya terakhir untuk menghadang undang-undang.
Diosesan Katolik Hong Kong meminta pemerintah untuk tidak meloloskan undang-undang dengan tergesa-gesa dan mendesak semua umat Kristen untuk berdoa bagi bekas koloni Inggris itu. Lam, yang memperingatkan akan melawan "aksi radikal" dalam protes tersebut, adalah seorang umat Katolik.
Inggris menyerahkan kembali Hong Kong ke China 22 tahun yang lalu dalam formula "Satu negara, dua sistem", dengan jaminan bahwa otonomi dan kebebasan, termasuk sistem peradilan yang independen, akan tetap dilindungi.
Namun, banyak pihak menuding bahwa sejak itu China memperluas campur tangan termasuk dengan mengganggu reformasi demokrasi, mencampuri pemilihan lokal dan berada di balik kehilangan lima penjual buku terlaris di Hong Kong, sejak 2015, yang
yang kerap mengecam para pemimpin China.
Beijing menolak semua tudingan itu dan media resmi China pekan ini mengatakan "kekuatan asing" mencoba merusak China dengan menciptakan kekacauan menyangkut undang-undang ekstradisi tersebut.
Kelompok HAM menegaskan bahwa dugaan penganiayaan, penahanan dengan sewenang-wenang, pemaksaan untuk mengaku serta masalah dalam mendapat bantuan hukum di China --yang pengadilannya dikuasai oleh Partai Komunis, adalah alasan-alasan mengapa Hong Kong tidak perlu memproses undang-undang tersebut.
China menolak tuduhan bahwa UU itu menginjak-injak hak asasi manusia. (Antara)
Baca Juga: Demo RUU Ekstradisi Makin Panas, KJRI Hong Kong Umumkan Imbauan untuk WNI