"Terus dia bilang, 'Habibie, saya tahu kamu anak yang saleh, kamu salat lima kali sehari. Saya juga. Tapi kamu harus tahu satu. Tiap kali saya salat, Habibie, saya doa untuk kamu supaya kamu selamat dan sukses. Laksanakan tugasmu,'" tambahnya.
"Terus saya bilang, "Terima kasih, Pak." Saya letakkan itu (telepon), saya menangis, Ainun (Hasri Ainun Besari, istrinya) lihat."
Hingga Soeharto menutup mata pun, BJ Habibie tak lagi pernah bertemu dengannya.
Padahal, kata dia, saat Soeharto sakit, ia menyempatkan diri datang jauh-jauh dari Jerman dalam keadaan tidak begitu sehat. Malah, Ainun, yang juga datang bersamanya, sedang sakit keras.
Namun, begitu sampai di rumah sakit, ia tidak diperkenankan masuk menemui Soeharto.
"Akhirnya saya katakan, lho saya datang berapa juta meter dari Jerman naik pesawat terbang dengan ibu, keadaannya sakit, saya sendiri tidak begitu sehat, ibu apa lagi. Baiklah, di belakang dinding itu berbaring Pak Harto," ujar BJ Habibie.
"Baiklah, saya bilang sama Pak Quraish, kita doakan Pak Harto dari sini," imbuhnya.
"Keluarganya yang tidak memperbolehkan Anda menemui Pak Harto?" tanya Najwa Shihab.
"Ya karena Pak Harto enggak bisa bicara," jawab BJ Habibie, membuat seluruh penonton tertawa.
Baca Juga: Bela Eggi Sudjana, BPN: People Power Zaman Pak Harto Masalah Enggak?
"Kalau dia masih sadar, Anda yakin, Pak Harto mau menemui Bacharuddin Jusuf Habibie?" tanya Najwa Shihab lagi.
BJ Habibie menjawab, "Saya yakin dia akan menjawab kalau dia tidak mau kenapa, kalau dia mau, dia bilang, silakan masuk."
Pada buku Detik-Detik yang Menentukan, yang diterbitkan dua tahun sebelum Soeharto meninggal, BJ Habibie menuliskan, hingga masa pemerintahannya berakhir, dirinya tak pernah mendapat jawaban, mengapa Soeharto sama sekali tak memberinya masukan ataupun informasi, baik tentang pemerintahan dan pengunduran dirinya, sehingga BJ Habibie merasa seakan harus memulai segalanya dari nol.
"Kemudian, pertanyaan yang tetap tak terjawabkan sampai saat ini adalah, "Mengapa Pak Harto tidak bersedia bertemu atau berkomunikasi dengan saya sampai saat ini?"
Menghadapi kenyataan sikap Pak Harto yang seolah "misterius" tersebut, Habibie yakin panutannya mempunyai alasan tersendiri.
Dalam bukunya, BJ Habibie menulis: