Para ilmuwan, aktivis bahkan pemerintah negeri tetangga seperti Australia menduga pemerintah telah sengaja menutup-tutupi data sebenarnya.
“Tingkat infeksi dan kematian sebenarnya lebih tinggi daripada data yang dilaporkan secara resmi," kata Dr Iwan Ariawan, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.
"Karena tes kami masih sangat rendah dibandingkan dengan populasi,” tambahnya, mengakui.