Suara.com - Ahli virologi Sidrotun Naim PhD MPA, mengungkapkan hasil analisis yang menunjukkan kemungkinan virus corona covid-19 sudah masuk Indonesia lebih awal dari yang diumumkan pemerintah.
Virus corona bahkan sudah ada di Indonesia jauh sebelum kasus pertama terkonfirmasi pada 2 Maret 2020.
“Analisis Nextstrain menunjukkan bahwa virus-virus yang awal masuk Indonesia, kemungkinan sudah ada di bulan Februari, bahkan Januari,” jelas Sidrotun.
Dia menunjukkan hasil pembacaannya dari situs pemantau penyebaran covid-19.
Sidrotun menunjukkan 9 sampel dari Indonesia yang ditunjukkan dalam laman nexstrain.
![[Nexstrain]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/05/11/74566-virus-corona-di-indonesia-1.jpg)
Dua di antara sampel tersebut diestimasi sudah masuk Indonesia sejak tanggal 10 Januari 2020 (dengan rentang 17 Desember 2019 hingga 2 Februari 2020).
Bahkan penyebarannya disebutkan terjadi secara langsung (direct) dari Tiongkok. Tidak melalui negara lain seperti kasus covid pertama yang muncul.
![[Nexstrain]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/05/11/78493-virus-corona-di-indonesia-2.jpg)
“Probabilitas tanggal tersebut di Indonesia 99 persen, sedangkan kemungkinan Probabilitas tanggal tersebut di Indonesia 99 persen, sedangkan kemungkinan masih di Tiongkok hanya 1 persen. Jalur ini tentu saja direct dari Tiongkok, tidak pakai jalan-jalan ke negara lain dulu, Tujuh sampel Indonesia yang lain, silahkan cek sendiri ya, leluhurnya sampai di Indonesia kisaran tanggal berapa,” tulisnya lagi dengan melampirkan screen capture dari laman Nexstrain.
Selengkapnya, tulisan Sidrotun Naim terkait penyebaran covid di Indonesia:
Baca Juga: TOK! Asrama Haji Pondok Gede Jadi Tempat Isolasi Virus Corona WNI dari LN
Covid sampai di Indonesia : 10 Januari 2020?
Sidrotun Naim (10/5/2020)
Di status sebelumnya, saya sebutkan bahwa analisis nextstrain menunjukkan bahwa virus-virus yang awal masuk Indonesia, kemungkinan sudah ada di bulan Februari, bahkan Januari. Lebih awal dari kasus pertama yang terkonfirmasi dan dilaporkan pada 2 Maret 2020.
Kemarin, saya menahan diri untuk mendetailkan ini secara langsung, karena teringat pesan Nyai dan Kiai di yang mengajarkan bioinformatik. Beliau-beliau bilang begini: “Kalau nekat, riset tentang bioinformatik itu bisa tanpa wet-lab sedikit pun. Ambil saja semua data publik di GenBank, di GISAID, dll, apalagi kalau datanya sudah banyak, kemudian tinggal dianalisis. Tapi, itu tidak etis. Kalau mau publikasi atau baca data orang, setidaknya tambahkan satu data sendiri kemudian bacalah datamu dengan memasukkan data-data lain yang sudah ada.” Jadi, analisis mendalam sampel Indonesia, kita tunggu dari Eijkman dan Airlangga saja ya, misal terkait CRISPR, microvariant, island, dll.
Karena teringat pesan para guru, saya hanya bacakan apa yang ada di nextstrain, dan publik. Satu jalur saja yang menurut saya paling menarik. Jalur lain silahkan baca sendiri sekalian crosscheck di nextstrain ya. Hari ini, nextstrain menampilkan 5040 data global, dimana 9 di antaranya adalah sampel Indonesia.
Perhatikan arah jam 7 dari gambar. Garis biru tebal itu menuju ke dua sampel di Indonesia: EIJK0141 dan ITD853Sp. Anggota dari jalur ini hanya dua sampel tersebut. Tidak ada dari negara lain. Terkonfirmasi oleh keterangan di kotak hitam, bahwa turunan (descendants) di jalur ini hanya dua. Garis ini diestimasi sudah masuk Indonesia tanggal 10 Januari 2020 (dengan rentang 17 Desember 2019 s.d. 2 Februari 2020). Probabilitas tanggal tersebut di Indonesia 99%, sedangkan kemungkinan masih di Tiongkok hanya 1%. Jalur ini tentu saja direct dari Tiongkok, tidak pakai jalan-jalan ke negara lain dulu, Tujuh sampel Indonesia yang lain, silahkan cek sendiri ya, leluhurnya sampai di Indonesia kisaran tanggal berapa.