Suara.com - Pekan lalu, hampir 3 juta warga Amerika Serikat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi virus corona COVID-19 mengisi form aplikasi tunjangan pengangguran di negara itu. Saat ini, jumlah pelamar tunjangan pengangguran di AS pun melonjak tajam.
Dilaporkan AP, Kamis (14/5/2020), sekitar 36 juta warga AS mendaftarkan diri dan berharap mendapat bantuan pemerintah lewat tunjangan pengangguran tersebut.
"Sekitar 36 juta orang kini telah mengajukan bantuan pengangguran dalam dua bulan sejak virus corona pertama kali memaksa jutaan bisnis tutup dan menyusutkan jumlah tenaga kerja mereka," bunyi pernyataan Departemen Tenaga Kerja AS.
![Warga AS menggelandang setelah kehilangan pekerjaan akibat wabah COVID-19. [AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/14/56964-pengangguran-as.jpg)
Lebih dari 36 juta warga AS mengisi form tunjangan pengangguran sejak wabah terjadi
Berdasarkan data standar historis, penghitungan terakhir menunjukkan bahwa jumlah klaim pengangguran mingguan masih sangat besar. Hal ini mencerminkan betapa roda perekonomian AS tengah mengalami penurunan tajam.
Warga, di beberapa negara bagian, yang kehilangan pekerjaan akibat wabah dilaporkan masih menemui banyak kendala, baik dalam mengajukan ataupun menerima tunjangan yang dijanjikan negara.
Negara-negara bagian yang saat ini telah melonggarkan lockdown pun tengah beruapaya sekuat tenaga untuk menstabilkan kembali ekonomi yang guncang akibat corona.
Ohio telah mengizinkan gudang, sebagian besar kantor, pabrik, dan perusahaan konstruksi untuk dibuka kembali. Akan tetapi restoran dan bar tetap ditutup.
Sejumlah negara bagian bahkan melakukan langkah yang lebih berani. Seperti yang dilakukan Georgia, Carolina Selatan dan Texas.
Baca Juga: 5.617 Orang Positif Corona di Jakarta, Bertambah 180 Pasien Hari Ini
Di Georgia, pemerintah setempat mengizinkan arena bowling, tukang cukur, Gym-pusat kebugaran dan juga gerai tato dibuka. Sedangkan Carolina Selatan telah membuka kembali hotel-hotel dan penginapan di pantai, sementara Texas telah membuka kembali pusat-pusat perbelanjaan.
![Tingkat pengangguran di AS melonjak tajam. [AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/14/71857-pengangguran-as.jpg)
Jumlah pengangguran di negara bagian melonjak tajam ketimbang tahun lalu
Data perusahaan swasta menunjukkan bahwa para pekerja yang diberhentikan memberanikan diri dengan membuka usaha kecil-kecilan, meski daya beli masyarakat menyusut. Hal itu menunjukkan semakin banyaknya pengangguran di tahun ini.
Klaim jumlah pengangguran terbaru merujuk pada laporan pemerintah, yang menyebut tingkat pengangguran melonjak menjadi 14,7% pada bulan April. Lonjakan tertinggi sejak depresi hebat yang pernah melanda AS di tahun 1929 hingga tahun 1933.
Para pengusaha juga dilaporkan kehilangan 20,5 juta pekerjaan. Dengan kata lain, pertumbuhan jumlah lapangan pekerjaan satu dekade lenyap dalam rentang satu bulan.
Pemerintah mengatakan, pada bulan April, banyak warga AS yang masih berstatus pekerja. Hanya saja mereka absen dari pekerjaan, dan hal itu tidak seharusnya dihitung sebagai pengangguran sementara.
Sementara jutaan pekerja yang di-PHK di rentang bulan April dilaporkan tidak mencari pekerjaan baru mengingat sulitnya kondisi saat ini. Jika apa yang terjadi di sepanjang bulan April itu dihitung sebagai pengangguran, maka tingkat pengangguran akan mencapai hampir 24 persen.
Menanggapi situasi saat ini, sebagian besar ekonom memperkirakan tingkat pengangguran resmi di AS bisa mencapai 18 persen atau lebih tinggi pada Mei. Namun di musim panas, angka tersebut berpotensi turun.
![Sejumlah relawan menyiapkan bahan pokok bagi warga AS yang kehilangan penghasilan akibat wabah COVID-19. [AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/14/73706-pengangguran-as.jpg)
Terhitung bulan April, keruntuhan ekonomi yang berdampak pada menyusutnya lapangan pekerjaan di AS memang begitu terasa. Karena berdasarkan data sebelumnya, di bulan Februari tingkat pengangguran hanya 3,5 persen, terendah setengah abad. Bahkan di bulan Maret, jumlah pengangguran hanya 4,4 persen.
Sekarang, dengan sedikit orang Amerika berbelanja, bepergian, makan atau berbelanja secara normal, pakar ekonomi memproyeksikan produk domestik bruto - ukuran terluas dari kegiatan ekonomi - menyusut pada kuartal April-Juni pada tingkat tahunan sekitar 40 persen.
Beberapa analis memprediksi rebound cepat. Ketua Federal Reserve Jerome Powell, Rabu (13/5/2020), memperingatkan bahwa resesi yang disebabkan oleh virus dapat berubah menjadi penurunan yang berkepanjangan yang akan mengikis keterampilan para pekerja dan memicu kebangkrutan banyak bisnis-bisnis kecil.
Powell mendesak Kongres dan Gedung Putih untuk mempertimbangkan pengeluaran tambahan dan langkah-langkah pajak untuk membantu usaha kecil dan rumah tangga agar menghindari kebangkrutan.

Powell berbicara sehari setelah Ketua DPR Nancy Pelosi, mengusulkan paket bantuan $ 3 triliun yang akan didistribusikan ke negara-negara bagian, rumah tangga dan pekerja perawatan kesehatan.
Namun administrasi Trump ingin melihat dulu damapk paket bantuan federal sebelumnya terhadap perekonomian. Keputusan pemerintahan Trump tersebut diamini oleh kubu Partai Republik di Kongres.
Trump memuji langkah untuk membuka kembali ekonomi negara bagian dengan harapan mengurangi pengangguran. Akan tetapi sejauh ini, hanya sedikit bukti ihwal dampak keputusan tersebut.
Homebase, sebuah perusahaan perangkat lunak yang menyediakan teknologi waktu-jam untuk usaha kecil, telah melacak berapa banyak karyawan yang telah masuk dan berapa jam mereka bekerja sejak pandemi melanda.
Meskipun data menunjukkan beberapa orang telah kembali bekerja di sejumlah negara bagian yang telah melonggarkan lockdown, Homebase mengklaim angka tersebut masih jauh di bawah tingkat lapangan pekerjaan yang tersedia sebelum wabah melanda.
Homebase menambahkan, di Georgia, yang mulai dibuka kembali pada akhir April, jumlah orang yang bekerja di usaha kecil pada hari Selasa (12/5/2020) turun 37 persen dibandingkan dengan awal Maret. Sementara di New York, yang sebagian besar tetap ditutup, lapangan kerja usaha kecil turun 63 persen.

Jumlah penderita virus corona di AS terus bertambah, juga jumlah korban meninggal
Amerika Serikat hingga kini masih menempati posisi teratas daftar negara dengan dampak virus corona terbesar di dunia. Merujuk data worldometers.info, Kamis (14/5/2020), sebanyak 1.433.352 warga AS terjangkit virus corona. Angka itu termasuk penambahan 3.004 kasus baru per hari ini.
Sementara jumlah kematian akibat virus corona COVID-19 di AS saat ini mencapai 85.333 orang.