Mal Jakarta New Normal: Menu Digital, Tombol Anti Sentuh, Disinfektan

BBC Suara.Com
Senin, 15 Juni 2020 | 08:02 WIB
Mal Jakarta New Normal: Menu Digital, Tombol Anti Sentuh, Disinfektan
[BBC].

Kasus positif corona ditemukan di pasar tradisional berbagai kota, tapi Kemendag harap pasar tetap dibuka Kasus baru di pasar, Beijing takutkan gelombang kedua virus corona Siasati 'lockdown', petani Indonesia dan negara-negara Asia rambah pasar digital

Data itu mencakup lebih dari 50 orang yang positif terkena Covid-19 dari hasil PCR test dan rapid test di enam pasar tradisional di DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengatakan bahwa pasar tradisional akan ditutup selama tiga hari jika ditemukan kasus positif Virus Corona.

Jika pasar tradisional menjadi klaster penyebaran baru virus corona, ekonomi Indonesia bisa kian melemah dan masyarakat kelas menengah bawah yang akan sangat terdampak.

Pasar tradisional berkontribusi sekitar 80 persen dari total pendapatan ritel di Indonesia, dibandingkan dengan pasar modern dan e-commerce yang sekitar 20 persen . Saat ini terdapat 12 juta lebih pedagang pasar di Indonesia, menurut catatan Ikappi.

"Efeknya pertama kepada kepercayaan masyarakat untuk berbelanja atau beraktivitas ekonomi di luar rumah, itu masih belum optimal. Kalau terpaksa belanja, mereka khawatir nanti terkena virus, itu mempengaruhi juga tingkat permintaan konsumsi rumah tangga, apalagi sekarang kondisinya daya beli masyarakat sudah mengalami kelesuan," kata Bhima Yudhistira Adhinegara, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

"Yang kedua dikhawatirkan adanya kenaikan biaya kesehatan, kalau sampai terjadi episentrum-episentrum [Covid-19] baru di pusat-pusat perbelanjaan tradisional maupun modern, dan biaya kesehatan ini yang akan di-sharing [oleh masyarakat], pemerintah juga bebannya bertambah, khususnya [lewat program] BPJS," tambah Bhima.

Beberapa pedagang di pasar tidak memakai masker

Lain di mal, lain juga di pasar. Dari pantauan BBC News Indonesia pada Minggu (15/06), beberapa pedagang di lantai bagian pangan di Pasar Senen, salah satu pasar tradisional terbesar di Jakarta, tidak menggunakan masker wajah atau tidak menggunakannya dengan benar.

Tak seperti pedagangnya, hampir semua pengunjung memakai masker, bahkan beberapa mengenakan face shield atau penutup muka dan sarung tangan plastik. Satu pengunjung memakai kacamata medis atau medical goggle. Toko-toko nonpangan masih terlihat gelap, namun ada beberapa orang yang tengah mempersiapkan tokonya untuk buka kembali.

Baca Juga: Mirip di Film SpongeBob Squarepants, Botol Minuman Ini Jadi Sorotan

Jaga jarak di lantai pedagang pangan sulit dilakukan karena gerai antar pedagang yang berdekatan. Selain itu pengunjung juga masih bisa berjalan ke arah yang berlawanan dalam satu gang pasar yang sempit.

Guna memungkinkan social distancing, pengelola pasar berencana menerapkan aturan nomer ganjil genap untuk gerai-gerai pedagang, di mana gerai bernomor genap hanya dapat beroperasi di tanggal genap, dan sebaliknya untuk gerai bernomor ganjil. Lalu lintas pengunjung juga akan diatur di dalam gedung.

"Protokol Covid-19 kita advance sedikit yaitu tentang protokol ganjil genap toko atau kios yang kemudian kita tambahkan dengan face shield untuk pedagang, dan traffic consuments [lalu lintas konsumen] dalam pasar. Walaupun ini tantangannya agak unik, karena setiap pasar itu variatif bentuknya tapi kita coba upayakan dengan yang terbaik," kata Arief Nasrudin, direktur utama Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya.

Meski demikian, belum ada pedagang yang memakai face shield pada Minggu (15/06). Kebijakan ganjil genap juga belum ditetapkan, menurut Ahmad Hakiki, seorang pedagang daging sapi di Pasar Senen.

"Kalau di sini belum ada keputusan, musyawarah dengan Pemprov, Perumda, belum ada. Tapi kalau wacana dari Wagub sudah ada, tapi untuk di pasar, di Senen khususnya, belum ada," kata ayah dari tiga anak yang telah berjualan di Senen sejak tahun 1996 tersebut.

"Tapi kita harus pikirkan bagaimana dengan orang yang punya satu toko, kalau pemerintah menerapkan ganjil genap, ini bukan perjalanan dengan kendaraan. Ini masalahnya dengan kehidupan orang yang jualan di sini untuk mencari nafkah sehari-hari. Bilamana kita libur sehari, sehari masuk, itu jadi masalah. Karena pertanggungjawaban pemerintah itu tidak ada, ke pasar itu tidak ada," tambahnya. Ahmad sendiri memiliki dua kios yang berdekatan, sehingga bisa beroperasi di tanggal ganjil dan genap.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI